Minggu, 15 Mei 2011

Godaan Korupsi

Ahad, 15 Mei 2011 (Unpublished)

Korupsi terjadi karena ada niatan dan kesempatan. Hukum itu berlaku bagi Murad, tokoh utama dalam novel Korupsi. Meski memiliki integritas tinggi dan dikenal jujur, akhirnya ia mau tak mau harus bersentuhan dengan hal tersebut. Ini tak lain karena lingkungan kerja memaksanya untuk berbuat itu.

Memegang jabatan Wakil Direktur Perencanaan dan Pembinaan Kementerian Pekerjaan Umum di Casablanca, Maroko. Murad memiliki peluang untuk mengambil uang tips dari setiap proposal yang masuk ke mejanya. Apalagi budaya itu lumrah di tempat kerjanya. Ia tidak menutup mata akan hal itu.

Hingga periode waktu tertentu ia tak jua tergerak hati untuk mengikuti atasan maupun bawahannya yang berpenampilan necis dan bergaya hidup parlente. Murad memilih jalan hidup sederhana dan berprinsip tak mau mengambil barang yang bukan haknya.

Meski maksud komisi proyek di sini berupa pemberian pemenang tender dan tanpa ada paksaan tetap ditolaknya. Karena itu, ia dikenal sebagai pegawai yang mampu memegang teguh prinsip dan amanah dalam bekerja. Yang nilai-nilai itu semua didapat dari ajaran orang tuanya.

Novel karya Tahar Ben Jelloun ini berkisah tentang seorang pegawai negeri jujur. Segala tindakannya berupaya melawan arus dan budaya di tempat kerjanya agar tidak terperangkap jaringan korupsi. Pengarangnya, sastrawan terkemuka Prancis kelahiran Maroko yang pernah memenangkan penghargaan Sastra Prix Gouncourt.

Novel ini lahir diilhami karya pengarang besar bangsa ini, Pramoedya Ananta Toer, yang membuat novel Korupsi pada 1954. Dari kunjungan Tahar Ben Jelloun ke Indonesia pada awal 1990-an, ia tertarik membuat novel bertema korupsi dengan mengambil latar belakang negaranya. Sehingga lahirlah L’Homme rompu (1994) yang artinya korupsi.

Murad seorang insinyur lulusan universitas ternama di Perancis. Dalam kehidupannya, meski menyandang jabatan mentereng, ia bukan pejabat kaya atau setidaknya hidup berkecukupan. Sebaliknya, ia terus bersentuhan dengan nestapa. Sebab, setiap hari selalu bertengkar dengan istrinya, Hilma yang terobsesi dengan uang dan kenyamanan materi.

Omelan istri yang mengaku muak hidup dengan suami miskin menjadi santapan sehari-hari yang coba diredamnya. Keadaan diperumit setelah mertuanya ikut menyudutkannya yang membuat batinnya terus gelisah. Pasalnya, ia dinilai sebagai suami yang tak pandai mencari materi dan membahagiakan istri. Sehingga, dianggap menelantarkan istri dan tak bisa menyejahterakan keluarga.

Di sisi lain, Murad juga bermasalah dengan rekan sekantornya yang tak suka dengan kepribadiannya. Ia mendapat julukan sebagai pribadi yang tak luwes. Sebagai pejabat di instansi strategis, ia bisa saja mengenakan komisi beberapa persen dari nilai proyek seperti budaya umum di negaranya. Namun, ia mengabaikan jalan menyenangkan itu.

Padahal jika mau berpikir rakus cukup mudah baginya mengeruk keuntungan dalam waktu singkat. Mengingat, tanpa tanda tangan persetujuannya, tak akan ada izin pembangunan proyek.

Namun, lagi-lagi Murad bekerja penuh teliti dan tak sembarangan dalam membubuhkan tanda tangan guna menyetujui pembangunan proyek. Alhasil sikapnya dianggap pasir pengganjal bagi orang di sekelilingnya.

Tak jarang para kontraktor meminta bantuan agar rekan Murad membujuk yang bersangkutan mau memberikan tanda tangan persetujuan. Ia merasa jadi batu kerikil yang menghalang-halangi rekan-rekan kerjanya di kantor mendapat rejeki. Padahal niatnya baik. Tak ingin mendapat uang dengan cara tak sesuai dengan hati nuraninya.

Ternyata hukum alam menimpa Murad. Meski memiliki keteguhan prinsip dan iman. Karena mendapat kesempatan dan peluang, ia tergoda juga untuk menikmati uang tips dalam jumlah cukup besar. Ia mendapat dari salah seorang yang ingin ikut tender. Agar bersifat formalitas dan ingin menang, maka ditaruhlah dokumen persyaratan untuk diteliti Murad.

Tak disangka, ia tergerak untuk mengambil beberapa lembar uang dolar Amerika untuk digunakan senang-senang. Dari situlah kehidupannya mulai rada berubah. Ia menikmati hidup laiknya orang kaya. Dengan memiliki uang dalam jumlah besar itu sepintas hidupnya berubah drastis.

Ia menikmati kehidupan mewah dengan membelanjakan cukup uang untuk membeli kesenangan pribadi. Dari pria sederhana dan bersahaja, ia menjadi pribadi rapuh yang terbuai dengan nikmatnya memegang uang banyak.

Namun, hal itu dilakukannya seorang diri tanpa diketahui rekannya. Dengan uang itu pula ia bisa mengajak anaknya liburan menikmati keindahan alam. Sebuah hal yang sulit dilakukan sebelumnya akibat terbatas kemampuan finansialnya.

Di sisi lain, orang-orang kantor yang jengah dengan sikap tak kompromi Murad melakukan segala cara untuk menjatuhkan kredibilitasnya. Akhirnya, ia dijerat dengan tuduhan mencuri mesin tik kuno yang sudah tak terpakai di kantor.

Mesin tik berumur puluhan tahun yang tak terpakai di kantor itu dibawanya pulang dan jadi bahan rongsokan tak terpakai. Namun, karena konspirasi cantik orang kantor, ia tak berkutik membantah tuduhan mencuri barang kantor alias milik negara. Dengan kata lain, ketika inspektorat memeriksanya, ia didikenakan tuduhan tindak pidana pencurian alias korupsi.

Bagaimana nasib Murad selanjutnya dengan keadaan yang membelitnya dan sanggupkah ia bertahan? Selain berkisah seputar korupsi. Novel ini juga menceritakan romantika kisah cinta Murad dengan sepupu jauhnya, Nadia, seorang janda cantik yang kagum dengan integritasnya.

Selain sebagai bacaan mengasyikkan, novel ini layak dibaca sebagai cermin atas situasi birokrasi di Indonesia yang tidak kunjung reda dilanda badai kasus korupsi. Belajar dari tokoh utama buku ini tampak sekali orang yang berusaha jujur akan menghadapi tantangan berat. n c13 (erik purnama putra)

Judul                : Korupsi
Penulis             : Tahar Ben Jelloun
Penerbit           : Serambi
Tahun              : 2010
Tebal               : 233 halaman

0 comments: