Rabu, 13 Juli 2011

Memahami Sisi Lain Soeharto


Kamis, 7 Juli 2011 (Koran Jakarta) 

Beberapa waktu lalu lembaga survei Indo Barometer merilis survei tentang presiden Republik Indonesia (RI). Hasilnya cukup mencengangkan, yakni masyarakat menempatkan Soeharto sebagai presiden yang paling disuka. Gaya kepemimpinannya disukai dan kepuasan publik kepada Soeharto lebih tinggi di atas Presiden SBY.

Di luar subyektivitas survei itu, masyarakat terbukti mengelu-elukan presiden RI yang melahirkan era Orde Baru tersebut. Kira-kira mengapa masyarakat menganggap kepemimpinan Soeharto berhasil dalam mengelola negara ini? Meski belum tentu 100 persen benar, kita bisa memukan jawabannya pada buku Pak Harto, The Untold Stories.

Buku yang diluncurkan pada 8 Juni 2011 lalu, bertepatan dengan milad ke-90 Soeharto, ini memuat beragam kisah perjalanan presiden yang berkuasa selama 32 tahun itu. Hampir semuanya kisah kepribadian dan gaya kepemimpinan Soeharto yang belum pernah terungkap ke publik tertuang dalam buku ini.

Yang menarik ditampilkan pula beragam foto aktivitas Soeharto selama menjabat. Mulai foto di Istana Negara, kunjungan kenegaraan ke luar negeri, hingga perjalananan incognito (diam-diam dan rahasia) Soeharto ke pelosok desa terpencil di Jawa. Semua foto itu belum terpublikasikan sebelumnya.

Tidak percaya? Lihat saja foto cover buku ini yang menunjukkan Soeharto saat istirahat dengan santainya bersandar di pagar yang terbuat dari pepohonan di desa. Hal itu dilakukannya saat ia kelelahan di sela kunjungannya ke desa.

Di luar foto yang bersifat jenaka dan mengharukan, kita bisa melihat kedekatan Soeharto dengan rakyat dalam setiap kunjungan incognito. Melalui foto itu, kita bisa menyimpulkan The Smiling General—julukan Soeharto—adalah sosok bersahaja dan tidak ada jarak dengan rakyat.

Interaksi dengan rakyat berjalan gayeng, tak terduga, dan penuh keakraban. Itu karena protokoler pengamanan tak seketat sekarang. Sehingga Soeharto bisa menyerap aspirasi dan keluhan rakyat ketika berdialog dengan presidennya.

Buku ini ditulis 113 narasumber dari beragam latar belakang yang menceritakan pengalamannya selama berinteraksi dengan Soeharto. Mulai dari rekan pimpinan negara ASEAN seperti, mantan perdana menteri (PM) Malaysia Mahathir Muhammad, mantan presiden Filipina Fidel Ramos.

Tidak ketinggalan Raja Brunei Darussalam Sultan Hassanal Bolkiah dan mantan PM Singapura Lee Kuan Yew, yang datang menjenguk Soeharto menjelang kematiannya pada 2008 lalu itu ikut menuliskan sendiri pengalamannya. Nama mantan wakil presiden Jusuf Kalla dan mantan panglima ABRI Wiranto juga ikut nimbrung berbagi kisahnya.

Sebagian besar penulis buku yang ditulis lima orang ini adalah pejabat negara Orde Baru yang jelas pernah berutang budi pada Soeharto. Sehingga penilaiannya terhadap Soeharto pasti positif semua. Namun ternyata, tak hanya kawan saja yang mengapresiasi kepribadian presiden yang mundur akibat gerakan reformasi mahasiswa pada 21 Mei 1998 itu.

AM Fatwa, mantan lawan politik dan tahanan Orde Baru pun ikut menyumbang tulisan. Meski pernah berada dalam fase berhadapan dengan Soeharto, mantan wakil ketua MPR itu dengan tegas memberi penilaian fair kepada presiden RI ke-2 tersebut.

Bahkan menjelang ketika Soeharto di rawat di rumah sakit, AM Fatwa adalah tokoh yang sering menjenguknya. Ia juga menjadi pejabat negara pertama yang melakukan takziah ketika Soeharto meninggal.


Judul Buku      : Pak Harto, The Untold Stories
Penulis             : Mahpudi dkk
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Terbit               : Juni 2011
Harga               : Rp 300.000
Peresensi          : Erik Purnama Putra, alumnus Universitas Muhammadiyah Malang

0 comments: