Senin, 7 Maret 2011 (Unpublished)
Oleh Erik Purnama Putra
Masyarakat Indonesia selalu tertarik dengan isu yang berkaitan dengan Yahudi. Bagi masyarakat yang mayoritas menganut agama Islam ini pembicaraan mengenai Yahudi seolah tak ada habisnya sebab banyak hal menarik yang bisa dijadikan bahan menambah wawasan.
Namun, banyak orang awam mempercayai mitos—saya lebih suka kata ini daripada harus menggunakan kata fakta—yang menyebut kaum dan keturunan Yahudi memiliki kecerdasan luar biasa. Kecerdasan yang jauh melampaui kecerdasan semua kaum di dunia sebab mendapat anugerah Tuhan sebagai konsekuensi ras terpilih.
Jika banyak yang percaya dengan hal itu jelas sangat menggelikan tentunya. Sebagai orang berakal dan memiliki logika berpikir, khususnya warga Muslim, hendaknya tak langsung menelan mentah-mentah informasi itu. Mengingat sebenarnya tak ada bedanya keturunan Yahudi dengan umat Islam maupun umat-umat lainnya.
Pasalnya jika kita percaya dengan Allah SWT selaku Sang Pencipta yang dikenal sebutan dengan Yang Mahaadil jelas tidak tepat jika orang berdarah Yahudi memiliki kecerdasan lebih dibanding kaum lain. Karena jika terdapat satu kaum yang mendapat posisi lebih tinggi sebab diberkati kecerdasan lebih, hal itu menjadi Allah SWT bukan sebagai Yang Mahaadil. Karena sifat adil itu tidak diskriminasi dan membuat seluruh posisi manusia sama di depannya.
Benarkah orang berdarah Yahudi memiliki kecerdasan lebih dibanding kelompok masyarakat lain? Saya akan mengulasnya dengan sederhana dan boleh dibantah jika memang kurang tepat sebab saya hanya memakai dasar logika semata dan ajaran Islam.
Banyak orang di seluruh dunia menganggap ras Yahudi lebih unggul dibandingkan ras lainnya. Patokannya tak lain adalah ayat dalam Alquran yang menyatakan bangsa Yahudi mendapat kecerdasan lebih dari Sang Pencipta. Berdasarkan hal itu saja hampir semua masyarakat dunia, termasuk Indonesia menganggap Yahudi memang diberkahi dan merupakan ras unggul.
Karena itulah mereka banyak melahirkan berbagai figur terkenal di bidangnya, mulai ilmuwan, olahragawan, entrepreneur, hingga aktor terkenal. Karena terus membicarakan berbagai keunggulan keturunan Yahudi membuat banyak orang kagum dan merasa rendah diri, serta menghakimi diri sendiri jika bakal tak seimbang jika disandingkan dengan kaum Yahudi.
Dasarnya adalah Yahudi mampu menonjol di berbagai bidang ilmu pengetahuan—peraih 25 persen nobel dunia—sementara peran ras lainnya dianggap tak signifikan membuat mitos keunggulan keturunan Yahudi semakin menjadi-jadi. Bahkan hal itu juga menghinggapi pikiran umat Islam yang sependapat jika bangsa Yahudi memang tertulis bakal menjadi ras terbaik di dunia.
Kenyataan itu jelas mengundang tawa. Pasalnya terdapat ayat Alquran yang mengungkap bahwa Allah mengutuk keberadaan Yahudi sebab bisanya hanya membikin kekacauan di tempat ia tinggal. Bangsa Yahudi yang dikenal hidup tercerai-berai di berbagai belahan bumi keberadaannya hanya menjadi masalah, bukan sebaliknya.
Fenomena terbaru yang menyedihkan adalah saya mendapati banyak masyarakat Indonesia yang terus-terusan terpesona dengan segala keunggulan bangsa Yahudi. Bill Gates (pemilik Microsoft), Mark Zuckerberg (pendiri Facebook), Alan Greenspan (ketua Bank Sentral), dan Albert Einstein (ilmuwan), serta berbagai tokoh Yahudi lainnya dibicarakan tanpa henti hingga membuat mayoritas kelompok Muslim minder dengan kemampuannya. Lebih parah lagi ada yang sampai tahap inferior dan tak bakal mampu bertindak sejajar bahkan melampaui segala pencapaian orang Yahudi.
Jika ditarik ke belakang kembali kita mesti ingat bahwa Allah SWT sesuai janjinya selalu menciptakan setiap makhluk tanpa ada diskriminasi alias mengungunggulkan ras tertentu. Tentunya kita harus bisa menafsirkan ajaran tersebut dengan penuh kecerdasan dan hati terbuka. Mengingat jika ditelaah dengan cermat tentu tak ada mahkluk tertentu yang lahir langsung merasa superior sejak lahir.
Keturunan Yahudi bisa unggul bisa jadi disebabkan dalam proses perkembangannya menjadi dewasa telah banyak melalui berbagai cobaan dan tempaan hidup yang membuatnya menjadi orang cerdas dan kreatif. Segala hal yang ada di lingkungannya dimanfaatkan sebagai bahan yang dapat meningkatkan daya tawarnya di dunia.
Karena kecerdasannya yang terus berkembang dan kemampuannya dalam mengidentifikasi berbagai potensi di sekitarnya itulah keturunan Yahudi mampu membelakkan mata dunia dengan berbagai hasil temuan teknologi mutakhirnya.
Jika pendapat itu disetujui maka dengan kata lain tak ada bayi dari sebuah ras lebih cerdas dari ras lainnya. Jika ada satu atau dua orang keturunan Yahudi yang sejak kecil menunjukkan kecerdasannya harus diakui faktanya memang begitu dan benar adanya. Tapi, realita yang tak bisa dibantah juga ditemukan pada bayi dari kaum non-Yahudi, yang ada juga mewarisi kecerdasan superior yang tiada bandingannya. Sehingga secara umum tak ada yang istimewa dengan orang yang berdarah Yahudi.
Malas
Mengapa umat Islam tertinggal? Itu karena banyak di antara mereka yang malas. Bisa karena faktor pengasuhan orang tua, lingkungan, bahkan dirinya sendiri yang memang menjauhi aktivitas intelektual dalam kesehariannya. Di saat orang Yahudi mayoritas waktunya digunakan untuk belajar dan menuntut ilmu, banyak kaum Muslim lebih memilih bersenda gurau dan nongkrong di warung kopi seharian penuh menghabiskan waktu. Sehingga otaknya jarang digunakan untuk berpikir kritis.
Memang ada yang mengatakan aktivitas nongkrong bisa memunculkan ide-ide segar. Tapi, kenyataannya aktivitas tidak produktif itu melenakan dan menyenangkan, serta tak membuat otak berpikir keras untuk menemukan berbagai hal baru. Berbeda dengan diskusi dan membaca yang menjadi kegandrungan remaja Yahudi.
Maka itu, jelas sudah mengapa kaum Yahudi lebih unggul dibandingkan kaum lainnya. Itu lebih disebabkan mereka ditopang dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni dan memiliki kemampuan plus yang jarang dikuasai kelompok lainnya. Ditambah jumlahnya yang sedikit dan melek media—yang ditandai setiap karya yang dihasilkan orang Yahudi selalu cepat terpublikasi ke dunia—ras Yahudi seolah menjadi paling unggul dibanding lainnya.
Padahal sejarah mencatat tak ada peradaban besar yang dihasilkan nenek moyang orang Yahudi. Malahan tercatat keberadaan mereka malah selalu mendatangkan masalah bagi masyarakat yang ditinggalinya, tak terkecuali umat Islam. Kita harus tahu bahwa kkaum keturunan Yahudi tak pernah meninggalkan warisan besar dalam sejarah hidup manusia.
Jika sekarang mereka maju itu disebabkan hasil kerja keras dan cerdas yang dilakukannya saat mereka mendapat banyak kesempatan seperti sekarang ini untuk mengaktualisasikan kemampuannya. Sedangkan masyarakat Islam banyak yang terlena dan selalu membanggakan warisan nenek moyangnya tanpa mau meninggalkan warisan besar kepada anak cucunya kelak.
Alhasil tak ada upaya untuk menciptakan mahakarya yang bisa dibanggakan sebab terpukau dengan mahakarya sebelumnya. Padahal harusnya umat Islam menjadikan peradaban besar Islam sebagai pemacu untuk bisa terus berkarya agar tak kalah dengan bangsa Yahudi.
Itulah mengapa sekarang eranya kejayaan Yahudi. Bukan karena mereka diberi kecerdasan lebih, tapi karena mau berkorban dan terus berpikir untuk menghasilkan warisan besar kepada generasi selanjutnya, yang hal itu tak menjadi perhatian utama kaum lain di luar Yahudi. Pantas saja mereka dikatakan lebih unggul!
0 comments:
Posting Komentar