Rabu, 23 Maret 2011

Obesitas

Kamis, 24 Maret 2011 (Unpublished)

Oleh Erik Purnama Putra

Banyak masyarakat yang lebih memilih hidup sakit-sakitan daripada sehat. Baik sakit fisik maupun psikis. Namun, saya lebih menyoroti sisi fisik yang mudah dilihat dan dipahami banyak orang. Tentu pernyataan saya tersebut boleh dibantah habis-habisan. Namun, kenyataannya tidak bisa dielakkan.

Banyak di antara masyarakat yang memilih hidup menderita akibat ulahnya sendiri. Itu tidak lepas akibat perkembangan teknologi yang memudahkan orang untuk mobile dari satu tempat ke tempat lain secara cepat. Caranya dengan memanfaatkan kendaraan bermotor tidak dengan bijak. Akibat dimanjakan kendaraan tidak sedikit orang lupa daratan.

Karena kemana-mana mereka malas berjalan kaki sehingga secara tidak langsung sama saja dengan membuat orang malas melatih kekuatan tubuhnya. Kurangnya pembakaran tubuh akibat ogah beraktivitas itu mengakibatkan badan seseorang menjadi obesitas.

Di kalangan dunia media obesitas secara umum diartikan orang yang mengidap kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Jika orang sudah obesitas maka sudah termasuk tanda-tanda tubuhnya kurang atau menuju posisi tidak sehat. Nyatanya, fenomena itu yang sekarang makin menggejala.

Cukup mudah menilai orang obesitas. Tandanya adalah pada tanda di perut yang bersangkutan apakah terlihat buncit atau tidak. Meski wajah dan bagian tubuh lainnya terlihat proporsional, namun jika dari kaos baju yang menutupi perut tampak mengembung. Dapat dipastikan orang itu sudah kategori obesitas.

Hal itu jelas memiriskan. Sebab, di balik kondisi fisik yang dialaminya itu jelas menyimpan potensi berbagai penyakit yang siap mengancam.

Penyebab banyaknya orang berperut buncit sendiri tidak lain disebabkan pola makan berlebihan. Banyak makanan yang masuk tidak seimbang dengan energi yang dikeluarkan. Karena berlangsung terus dalam rentang waktu tertentu akhirnya membuat tubuh menjadi terlihat tidak proporsional. Dampaknya, selain kurang enak dilihat juga membuat gerakan badan menjadi tidak lincah dan lambat.

Akhir-akhir ini, akibat fenomena obesitas menimbulkan masalah baru. Yakni, bermunculannya berbagai penyakit modern yang tidak diketemukan di era generasi sebelumnya.

Penyakit modern ganas yang menimpa generasi sekarang yang tidak ditemukan di zaman masyarakat masih mengalami masa-masa penuh kesulitan. Jika ditarik garis kesimpulan semuanya bermuara pada pola makan yang keliru.

Kita pasti sudah familiar dengan penyakit darah tinggi jantung koroner, gagal ginjal, hingga stroke. Penyakit itu biasanya menimpa orang dari keluarga berada atau setidaknya menengah ke atas.

Pola makan masyarakat mampu biasanya menggemari makanan berminyak dan yang tidak mengandung serat. Jenis jeroan dan berbagai daging berlemak dijadikan santapan spesial sebab enak dimulut dan bisa memuaskan nafsu kuliner. Sedangkan, sayuran dijauhi sebab rasanya tidak populer di lidah. 

Untuk minuman dipilih yang bersoda dan manis-manis. Air mineral yang seharusnya minimal dua liter setiap hari ditinggalkan sebab rasanya tawar. Akibatnya ancaman kencing manis siap menghadang.

Kesejahteraan yang didapat seseorang tidak mampu dimanfaatkan secara bijak. Dengan uang di tangan mereka bisa seenaknya sendiri membeli berbagai makanan dan menyantapnya tanpa bisa mengendalikannya. Meskipun makanan itu berdampak pada memburuknya kesehatan tubuh yang diikuti ancaman terserang penyakit berbahaya.

Terus, mengapa penyakit itu jarang menyerang masyarakat kelas bawah. Apa pasal? Tidak lain adalah kembali kepada pola makan. Kaum miskin untuk makan saja susah. Apalagi sampai harus berlebih menyantap makanan. Jadi mereka jelas tidak masuk golongan orang yang bisa terkena berbagai penyakit ganas modern itu.

Di situlah letak kebesaran Sang Pencipta sebagai Yang Mahaadil. Tuhan membuktikan orang yang jarang makan karena tidak mampu membeli makanan hanya berefek perutnya sering keroncongan akan menanggung beban lapar seharian. Meskipun itu terulang beberapa waktu.

Namun, yang bersangkutan ternyata dijauhkan dari segala penyakit modern. Itu terungkap dengan jarangnya dari kaum mereka mengidap penyakit kronis berbahaya. Yang pengobatan itu membutuhkan biaya super tinggi, dan itupun belum tentu sembuh seperti semula kondisi fisiknya, meski sudah keluar fulus banyak.

Belum lagi penderitaan yang harus ditanggung selama mengidap penyakit itu hingga masa perawatan. Yang membuat cost penderitaan ternyata jauh lebih tinggi dan menyusahkan dibandingkan orang yang hidup miskin, namun hanya terkena masalah lapar.

Berkaca dari itu hendaknya kita segera menerapkan pola hidup sehati. Kebutuhan makanan harus diimbangi dengan aktivitas gerak tubuh maupun olah raga agar tetap bugar. Pengalaman hidup generasi tua yang masih sempat merasakan hidup di zaman sulit perlu dijadikan pelajaran.

Pasalnya, mereka membuktikan diri tidak pernah mengalami berbagai gangguan penyakit sebab di masa mudanya hampir selalu berjalan kaki akibat masih minimnya transportasi umum.

Namun, dampak dari itu semua para golongan tua hingga kini malah terlihat bugar dan kondisi fisiknya prima. Lekukan otot maupun goresan luka di tubuh biasanya masih membekas. Kondisi bertolak belakang dengan munculnya gejala obesitas di masyarakat.

Dari situlah kita perlu secara arif bijaksana agar bisa menjalani hidup ini dengan adil. Caranya meniru pola hidup sehat kepada golongan tua yang dijauhi dengan berbagai penyakit dan tidak menyantap makanan enak berlebihan yang itu ternyata tidak baik bagi kesehatan di tubuh.

0 comments: