Minggu, 27 Maret 2011

Kami Ingin Jadi Pemain Terkuat di Regional

Ahad, 27 Maret 2011

Moncernya kinerja PT Semen Gresik (Persero) Tbk yang merupakan induk dari Semen Gresik Group (SGG) yang membawahi PT Semen Padang (Persero) dan PT Semen Tonasa (Persero), tak lepas dari kinerja Direktur Utama (Dirut) PT Semen Gresik (Persero) Tbk, Dr Dwi Soetjipto, MM. Berkat sentuhan tangan dinginnya dalam mengelola produsen semen terbesar di Indonesia ini, pertumbuhan laba perusahaan selama lima tahun terakhir di atas seratus persen.

Ditemui di Gresik, akhir Desember lalu, alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini kepada wartawan Republika, Erik Purnama Putra dan Indra Wisnu Wardhana mengungkapkan strategi bisnisnya dalam mengarungi industri persemenan. Berikut petikannya.

Bagaimana capaian Anda dalam menahkodai PT Semen Gresik (Persero) Tbk?
Saya akui dalam kepemimpinan saya masih ada kekurangan. Namun capaian perseroan selama lima tahun ini pertumbuhan labanya sangat konsisten. Jika tahun 2004 lalu keuntungan perusahaan masih sekitar Rp 500 miliar, tahun lalu sudah mencapai Rp 3,3 triliun.

Selain itu, saham Semen Gresik berkode SMGR yang tercatat di bursa efek juga terus mengalami peningkatan akibat dipercaya investor. Akibat membaiknya perolehan reveneu finansial dan saham tersebut maka perusahaan dipercaya memiliki kinerja cemerlang dan sehat. Karena itu, baru-baru ini PT Semen Gresik diganjar penghargaan sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Terbaik 2010.

Apa kunci suksesnya?
Key of the succes untuk meraih itu adalah penerapan konsolidasi dan sinergi perusahaan. Setelah masalah internal tersebut dibereskan, perusahaan menata manajemen agar mampu menghasilkan produk berdaya saing tinggi dengan biaya yang dapat ditekan. Rencana lainnya adalah per 1 Januari, perusahaan akan menuntaskan penyatuan holding SGG melalui pendekatan sistem yang selama ini infrastrukturnya masih terpisah. Dampaknya, integrasi sumber daya manusia (SDM) juga harus dilakukan untuk semakin memperkuat SGG di kalangan kompetitor.

Melihat keberhasilan itu, rencana Anda ke depan?
Perusahaan punya rencana untuk meningkatkan produksi semen holding SGG, dari kapasitas saat ini 20,5 juta ton per tahun, pada 2011 menjadi 21,5 ton per tahun. Selanjutnya, tahun 2012 mencapai 25 juta ton per tahun, pada 2013 ditargetkan 26-27 juta ton, dan 2014 setidaknya terpenuhi kapasitas produksi semen 30 juta ton per tahun.

Dengan peningkatan produksi tersebut, perusahaan tentu saja akan membuka pabrik baru, yang salah satunya baru beroperasi di Tuban, yang diresmikan pertengahan Desember lalu. Meski begitu, kami tak boleh cepat puas dominan di pasar domestik. Perusahaan ingin menjadi penguasa di kawasan Asia Tenggara dengan mengusung moto to be strong in regional.

Karena itu, kami sudah menyiapkan rencana untuk mengakuisisi pabrik semen di Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Jika misi itu berhasil, SGG akan menjadi pemain terkuat di pasar regional ASEAN.

Untuk melakukan akuisisi modalnya dari mana?
Laba perusahaan cukup tinggi. Taruhlah setelah dibagi deviden kepada pemegang saham perusahaan setidaknya setiap tahun bisa menabung Rp 1 triliun lebih, yang itu bisa dibuat belanja. Dengan begitu, dalam jangka lima tahun ke depan perusahaan punya tabungan katakanlah minimal Rp 6 triliun.

Saat ini, utang perusahaan dikisaran Rp 3 triliun, dan karena kami tak ingin terus menambah utang perusahaan. Padahal, jika mengacu standar lembaga rating dunia tentang kinerja perusahaan yang mempertimbangkan perolehan laba dengan utang, maka kami masih bisa melakukan pinjaman sampai Rp 13 triliun lagi. Yang itu bisa digunakan untuk belanja modal dan ekspansi bisnis. Meski begitu, kami lebih suka menggunakan dana sendiri sebab tak ingin tergantung utang.

Bagaimana kondisi industri persemenan di Indonesia?
Pasar semen di negeri ini masih sangat menarik karena daya tarik pasar dalam negeri sangat besar. Selain itu, pembangunan infrastruktur Indonesia masih tertinggal dibanding negara lain. Pun dengan konsumsi per kapita semen masyarakat Indonesia yang hanya 160 kilogram. Padahal di Thailand sudah mencapai 400 kilogram per kapita, dan Malaysia sebesar 600 kilogram per kapita.

Melihat kecenderungan itu dan proyeksi pertumbuhan ekonomi ke depan maka kebutuhan semen akan terus bertambah dan menjadi sangat potensial jika perusahaan terus berinvestasi. Namun, tahun 2011 ancaman kenaikan harga bahan bakar dan energi menjadi penghambat dalam melakukan ekspansi.

Hal itu tentu akan menimbulkan inflasi cukup tinggi yang konsekuensinya memukul sektor investasi. Sehingga ekspansi yang perusahaan rencanakan bisa direvisi melihat tantangan yang tampak tersebut.

Hambatan terbesar dalam menjalankan bisnis ini?
Kendala utama yang dihadapi pemain industri persemenan adalah terkait regulasi pemerintah pusat yang belum mengatur tentang perlindungan pendirian pabrik semen baru. Kami punya pengalaman pahit beberapa waktu lalu di Pati, Jawa Tengah, yang itu diakibatkan ketentuan hukum yang belum diataati dengan baik. Padahal semua aturan sudah dijalankan perusahaan. Namun, mendapat penolakan keras dari warga.

Seharusnya, pemerintah pusat dan daerah harus tegas. Jika memang ada sebuah kawasan diperuntukkan untuk industri, maka jika ingin mendirikan pabrik disitu harus dilindungi dan pemerintah konsekuen dengan aturan yang ada. Selain itu, aturan pembebasan lahan dan peruntukan tata ruang daerah masih banyak yang belum dimiliki pemerintah daerah. Akibat itu semua muncul dispute harga tanah yang membuat pendirian pabrik tertunda lama akibat ulah segelintir orang.

Kami membutuhkan pemerintah untuk mengatasi masalah itu. Karena Cina maju disebabkan tak ada ceritanya jika ingin mendirikan pabrik di sebuah kawasan yang sudah ditetapkan, malah ditentang warga. Jika begitu terus, berat bagi kami untuk melakukan ekspansi bisnis.

Adakah kemungkinan harga semen akan naik?
Bagi SSG, kami kira permintaan semen akan terus meningkat 6 sampai 7 persen seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan mencapai 6,2 persen. Meski begitu, harga semen tak otomatis ikut terkerek naik sebab ada empat faktor penyebab. Yakni, persaingan usaha antarperusahaan semen dalam negeri dan kuota impor, serta biaya jarak dekat dan jauh terkait transportasi yang membuat harga semen cukup sulit naik. Pasalnya, sangat risiko bagi perusahaan semen yang menaikkan harga secara tiba-tiba jika para kompetitornya malah menahan harga. Konsekuensinya akan ditinggal pelanggan. Jadi, empat aspek itu yang menentukan industri semen di Tanah Air. Tak berarti setiap tahun semen harus naik.

Mengapa investor asing jarang berminat masuk dalam industri ini?
Bagi investor asing yang akan mendirikan pabrik baru akan menemui beberapa kendala, seperti pemenuhan bahan baku dan brand image. Itu sudah jelas sebab kita sendiri saja kesulitan apalagi dari perusahaan luar negeri. Hukum pasar berlaku customer depend on images dan kecocokan merek yang membuat mereka tak mudah bergesar untuk mencoba membeli semen merek lain.

Memang saya akui banyak perusahaan asing yang ingin masuk, tapi ya harus siap babak belur dulu dan perlu dana besar untuk berpromosi dalam dalam jangka panjang ingin survive. Mengingat industri persemenan ini termasuk long term investment, bukan short term investment. Jika tidak sabar dan ingin meraup untung cepat, jangan coba-coba masuk industri ini. Pilih saja bisnis yang cepat menghasilkan uang, misal bermain di bursa saham.

Perusahaan semen identik dengan ketidakpedulian dengan lingkungan?
SGG sangat concern dengan pelestarian lingkungan. Karena industri semen yang kami jalankan dibangun dari tiga pilar yang harus berjalan beriringan. Satu sama lain saling bersinergi dan melengkapi. Tiga pilar itu adalah people (social), profit (economic), dan planet (environment). Dari tiga pilar itu akan menghasilkan value dan culture bagi perusahaan. Nah, dari dua pondasi itu lahirlah SSG seperti sekarang ini.

Jelas kami sangat peduli kepada lingkungan. Kami tergabung dalam perusahaan yang termasuk dalam Gerakan Penamanan Pohon 1 miliar yang digagas Kementerian Kehutanan. Banyak pohon di tengah jalan merupakan hasil sumbangan kami, yang dirawat dengan baik sampai tumbuh. Sehingga, pembangunan lingkungan akan selalu menjadi perhatian utama bagi kami, tak hanya mengejar benefit.

Bagaimana dengan corporate social responsibility SGG?
Berdasar Undang-Undang (UU) Perseroan Terbatas (PT) Pasal 74 Tahun 2007, dan UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, yang mengatur program CSR kami harus menaatinya. Karena itu, setiap empat persen dari total laba perusahaan selalu kami sisihkan untuk program CSR ini. Bentuknya dalam berbagai kegiatan kemitraan masyarakat yang selalu dievaluasi mana yang efisien untuk diterukan di tahun depan. CSR sangat kami taati dan setiap tahunnya dana yang kami sumbangkan terus meningkat seiring naiknya perolehan laba. ed: firkah fansuri

Biodata
Nama                                       : Dr Dwi Soetjipto, MM
Tempat/Tanggal Lahir          : Surabaya, 10 November 1955
Pendidikan                               
Teknik Kimia ITS Surabaya, 1980
Coorporate Finance Universitas Andalas, 2002
Strategic Management Universitas Indonesia, 2009
Pekerjaan 
Karyawan PT Semen Padang, 1981
Direktur Litbang PT Semen Padang, 1995
Direktur Utama PT Semen Padang, 2003
Direktur Utama PT Semen Gresik, 2005 sampai sekarang
Organisasi
Ketua Umum Ikatan Alumni ITS
Ketua Pengprov Pelti Jatim
Ketua Pengda Perisai Diri Jatim
Ketua Yayasan Pengembangan Kepemimpinan BUMN
Pengurus KONI Jatim

tulisan ini dimuat, Senin 3 Januari 2011 (Republika)

0 comments: