Senin, 3 Januari 2011 (Unpublished)
Oleh Erik Purnama Putra
Salah satu pekerjaan anggota dewan selain rapat adalah melakukan inspeksi mendadak (sidak) terkait fungsi pengawasan yang melekat padanya. Biasanya anggota dewan saat melakukan sidak terkait dengan pembangunan infrastruktur kota yang dinilai tidak beres maupun ada penyimpangan.
Begitu pula yang terjadi dengan beberapa anggota DPRD Surabaya. Beberapa kali saya ikut rombongan yang mengadakan sidak guna menemukan kejanggalan dan pelanggaran dalam pembangunan proyek tertentu yang dikerjakan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
Bagus memang tujuannya. Namun yang menggelikan adalah niatan tulus yang ditunjukkan anggota dewan tersebut mengajak rombongan wartawan dalam sidak itu memiliki niatan tertentu.
Pasalnya, jika diperhatikan lebih jauh mereka mengajak wartawan untuk menemukan pelanggaran pembangunan proyek perkotaan yang dijalankan salah satu dinas di Pemkot Surabaya niatannya hanya untuk kepentingan pribadi. Memang ini lebih bersifat menuduh dan kurang baik. Tapi, kenyataannya seperti itu dan tak bisa dihindari.
Mengingat sangat jarang sekali rombongan dewan dalam mengadakan sidak tidak mengajak wartawan. Karena itu, dengan mengajak sekelompok wartawan biasanya anggota dewan saat sampai di tempat yang dituju langsung dengan mudah menunjukkan letak kesalahan yang dilakukan penanggung jawab proyek, yang bekerja di bawah kendali institusi dinas eksekutif.
Sehingga, setelah mem-blow up kesalahan dalam proyek dan temuan itu ditulis wartawan, tak berselang lama anggota dewan akan menyurati pihak eksekutif untuk datang menghadiri rapat dengar pendapat (hearing) di ruang komisi. Disitu biasanya dewan akan merasa gagah dengan mengungkap segala kelemahan dan kekurangan pembangunan proyek perkotaan sambil mengeluarkan kritikan pedas.
Sampai disitu sebenarnya wajar-wajar saja pekerjaan anggota dewan. Yang menggelikan adalah tak jarang biasanya ada anggota dewan yang melakukan sidak bukan atas temuan dan keinginan sendiri untuk melakukan fungsi pengawasan. Melainkan, yang saya ketahui, tak sedikit anggota dewan menuruti keinginan wartawan maupun reporter televisi yang ingin mengambil gambar di lokasi kejadian.
Karena itu, sebelum berangkat sidak biasanya akan ada deal-deal khusus antara sang pencari berita dengan anggota dewan. Biasanya jika reporter televisi berjanji akan menayangkan sang anggota dewan di tayangan berita nasional jika mau menuruti skenario sidak versi yang bersangkutan.
Adapun, anggota dewan mau menuruti kapan dan harus bagaimana tingkahnya di lokasi sidak yang dituju asalkan dirinya nampang di televisi. Sehingga tak jarang dalam melakukan sidak bukannya rombongan satu komisi yang membidangi masalah tertentu, namun anggota dewan bersangkutan datang seorang diri.
Karena sangat aneh jika sidak dilakukan sendirian. Karena dipikir dengan cara apapun pasti akan sulit diterima dengan akal jika sidak sendiri dengan tak mengabari rekannya.
Akibatnya tak jarang timbul guyonan jika anggota dewan sidak tergantung wartawan maupun reporter, bukan atas inisiatif sendiri. Yang pasti, mereka akan sidak jika hasil kerjanya tersebut akan muncul di koran keesokan harinya maupun berita televisi.
Alhasil anggota dewan bekerja bukan murni untuk kepentingan rakyat dengan melakukan pengawasan terhadap dugaan pembangunan proyek perkotaan yang pengerjaannya menyimpang. Melainkan karena motivasi pribadi ingin dikenal luas masyarakat dengan membuat kerjasama khusus yang saling menguntungkan dengan awak pencari berita.
0 comments:
Posting Komentar