Senin, 03 Januari 2011

Menikmati Keindahan Fenomena ‘Pelangi’

Sabtu, 27 November 2010 (Republika)

Erik Purnama Putra

Jika ingin menghilangkan kesumpekan otak sekaligus menyegarkan fisik, tak ada salahnya berkunjung ke Air Terjun Pelangi atau yang populer disebut Coban Pelangi.

Coban atau air terjun ini disebut pelangi karena saat air jatuh dari tebing dan menimpa bebatuan di bawahnya, akan muncul percikan air. Percikan ini jika terkena sinar matahari akan menghasilan pendar warna pelangi.

Pendar warna pelangi ini tentu saja akan terlihat saat udara cerah dan kawasan itu bermandikan cahaya mentari. Jika sedang mendung atau kawasan itu diliputi kabut, fenomena pelangi sulit tertangkap mata.

Coban Pelangi terletak 32 kilometer ke arah timur Kota Malang. Tepatnya di Desa Gubuk Klakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Dengan kecepatan sedang, baik menggunakan sepeda motor maupun mobil, kita bisa mencapai tempat tersebut sekitar 40 menit dari Kota Malang.

Akses menuju kawasan ini memang masih terbilang lancar. Tak ada kemacetan sebab kawasan ini sudah berada di pinggiran kota. Coban Pelangi berada di wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Coban ini memiliki keunggulan yang tidak dipunyai coban lain.

Ia berada di ketinggian 1.200 hingga 1.400 meter di atas permukaan laut (dpl). Suhu udara di kawasan cobanpun cukup dingin, sekitar 19 hingga 23 derajat Celsius.

Saat memasuki area coban. Anda akan mendapati pemandangan alam yang serbahijau. Sepanjang perjalanan, mulai memasuki Kecamatan Poncokusumo, terlihat pohon apel yang berjejeran di sisi kiri kanan jalan.

Pohon-pohon apel ini ada yang ditanam depan rumah maupun di kebun warga. Udara yang sejuk dan dingin memang membuat tanaman apel bisa tumbuh subur di daerah ini.

Namun, sebelum menjangkau lokasi, diperlukan sedikit olah fisik. Jarak pintu masuk hingga ke area coban yang memiliki ketinggian 50 meter ini hampir dua kilometer.

Kendaraan memang harus parkir di pos loket sebab jalannya tak bisa dilalui kendaraan. Sebelum masuk, di loket tersebut. Anda harus membayar tiket masuk senilai Rp 4 ribu.

Karena tak bisa dilalui kendaraan bahkan sepeda sekalipun, berjalan kaki adalah satu-satunya cara. Butuh waktu sekitar 20 menit untuk menuruni tangga dengan kemiringan 45 derajat.

Apalagi, sebagian tangganya masih berupa tanah licin. Meski jalannya menurun, cukup membuat napas dibuat ngos-ngosan.

Sepanjang perjalanan pun, Anda bisa mendengarkan kicauan burung. Kontur pegunungan yang dijejali pepohonan dengan akar yang menjuntai ke tanah serta bunyi gemericik aliran air dari coban menjadi musik alam yang sangat natural.

Jika beruntung, Anda akan menyaksikan beberapa monyet yang bergelantungan atau mendekati manusia untuk meminta makanan.

Perjalanan yang cukup melelahkan itu akan sirna setelah tiba di tujuan. Dari jarak sekitar 200 meter jatuhnya air ke tanah, kita sudah bisa merasakan buliran air seperti embun yang tertiup angin berembus.

Semakin dekat, bersiap-siaplah untuk basah. Sebab, aliran air yang turun dari tebing sangat besar. Panorama luar biasa itu diakui Gernot Ahrens, wisatawan asal Hamburg, Jerman, yang mengaku pertama kali melihat Coban Pelangi.

"Sangat luar biasa. Pemandangan alam yang bagus dan cantik. Air terjunnya luas dan besar," ujar Ahrens, kepada Republika. Namun, Ahrens mengatakan, akses menuju lokasi dari pintu masuk harus diperbaiki.

Sedangkan Fadli Dzilkrom, mahasiswa STTESIA Surabaya mengaku penasaran dengan cerita temannya yang menyebut Coban Pelangi memiliki pemandangan alam menakjubkan.

"Temyata cerita teman saya itu betul. Setiap hari di Surabaya ngelu kena kemacetan. Sampai di sini, kepenatan itu langsung hilang," ujar dia.

Sayangnya, saat itu, cuaca sedang mendung dan kabut alam bermunculan. "Jadi, tidak bisa melihat pelangi yang muncul dari buih air terjun karena tak ada matahari. Padahal, biasanya saat pagi menjelang siang, akan muncul fenomena alam itu," ujar Fadli.

Perbaiki infrastruktur
Pemandangan yang natural dan menyejukkan itu tetap saja mendapat catatan dari sejumlah pengunjung. Sujumlah pengungjung berharap, pengelola tempat wisata Coban Pelangi perlu memperbaiki akses jalan. Begitu pula menambah sarana permainan.

"Bagi wisatawan dari luarkota pasti butuh hiburan selain pemandangan alam. Memang sudah ada flying fox, tapi masih kurang. Untuk jalan juga perlu diperbaiki sebab sangat curam dan licin," ujar salah seorang pengunjung.

Koordinator wisata Coban Pelangi, Siaman, yang sudah mengabdi selama sepuluh tahun di lokasi ini. mengaku, pengunjung coban tak terlalu ramai. Pada akhir pekan, menurutnya jumlah pengunjung bisa belasan hingga 60 orang pengunjung.

"Jumlah pengunjung saya lihat dari motor maupun mobil yang parkir. Meski sedikit, tiap hari ada saja pemasukan dari tiket," ujar pegawai honorer Perum Perhutani ini.

Saiman mengungkapkan,pengunjung akan mengalami lonjakan jika memasuki libur Lebaran maupun tanggal merah. Jika cuaca cerah, menurut Saiman, pengunjung bisa melebihi rekor tersebut.

"Saya senang jika pengunjung bisa sampai 200 orang. Tapi, cukup memusingkan juga karena tempat parkir tak cukup," ujar dia.

Apakah Coban Pelangi kurang promosi? Dengan sigap Saiman membantah. Ia menyebutkan, informasi mengenai Coban Pelangi ada di brosur perjalanan wisata yang diterbitkan Pemerintah Daerah (Pemda) Malang Raya dan tercantum di internet.

"Bukan kurang promosi, tapi infrastruktur penunjang yang masih perlu dibenahi. Jika kendaraan bisa turun agar pengunjung tak perlu berjalan jauh, saya yakin jumlah pengunjung akan meningkat," ujar Saiman. ed andi nur aminah

0 comments: