Senin, 3 Januari 2011 (Unpublished)
Oleh Erik Purnama Putra
“Hmmmm. Dahsyat wes pokoknya.” Itulah gambaran susahnya ngungkapin perasaan saat bertemu dengan Paul Hadson yang akrab dipanggil Slash, eks gitaris band Guns and Roses, dalam acara jumpa pers di Hotel Shangrilla, pukul 12.00, Sabtu (31/7).
Dalam acara yang dihelat Mahaka Entertainment tersebut, kedatangan Slash benar-benar memukau puluhan wartawan yang sedari lama menantinya. “Yeah-yeah”, kalimat itu spontan muncul dari wartawan saat Slash tiba-tiba hadir di depannya.
Sebelum sesi tanya jawab dengan Slash, panitia menjelaskan bahwa Surabaya identik sebagai barometer musik rock Indonesia. Sejurus kemudian saat Slash berkesempatan mengemukakan pendapatnya, Ia mengiyakan bahwa Surabaya adalah kota yang jadi barometer musik rock. “I can feel it,” jawabnya singkat ketika mengaitkan kehebohan wartawan di ruangan konferensi pers yang tak henti-hentinya mengagumi Slash saat sang idola berada di depannya.
Memasuki sesi tanya jawab, aku yang memang menyiapkan dengan pede mengacungkan jari untuk melontarkan pertanyaan. “How many song will U sing tonight?” Sontak pertanyaan itu membuat beberapa hadirin tertawa. Apa yang terjadi? Belum sempat berpikir, Slash menjawab bahwa, “I’m not singer, but guitaris so not sing.”
Ya Allah, saking gugupnya dalam mengajukan pertanyaan, aku sampai lupa jika dia adalah the second legend of electric guitarist versi Majalah Time edisi Agustus 2009, setelah Jimmy Hendrik. Namun, aku puas bisa mengajukan pertanyaan.
Tak terasa, waktu sekitar 30 menit untuk jumpa pers berakhir. Slash dengan cepat meninggalkan ruangan setelah berfoto bareng dengan ikon rockstar, Yuke (Dewa), Baron (Baron Soulmate, Candil (eks Seurieus), Andi (Rif). Sedangkan John Paul Ivan (eks Boomerang) berhalangan hadir.
Secara tiba-tiba, aku dipanggil panitia untuk mengikutinya. Bersebelahan dengan ruangan konferensi pers tadi, aku dipersilahkan masuk dan ternyata disitu Slash sudah duduk tenang dan menunggu lengkap kedatangan wartawan yang mendapatkan kesempatan roundtable discussion with him.
Tak sepertinya acara barusan, meski hanya dihadiri enam wartawan, dalam sesi kali ini peserta tampak antusias berebut bertanya. Waktu yang hanya 15 menit pun berlalu dengan cepat. Aku sempat mengajukan tiga pertanyaan yang salah satunya berbunyi, “Before U come here, U ever hear about (track record) musician Indonesian?” Ia menjawab dengan tegas belum pernah. Untuk lebih detailnya aku tak ingat, namun aku masih menyimpan secara lengkap rekaman jawabannya.
Setelah itu, sempat berdebat dengan pengawalnya untuk meminta foto bersama, akhirnya kami diberi kesempatan meski tak sampai semenit. Itupun pengawal Slash yang gundul dan sangar tampak menggerutu mengatakan, “There is no much time.”
Akhirnya, meski bareng dengan wartawan lain akhirnya aku bisa juga foto dengannya. Juoshhhh. Tumben-tumben aku seneng difoto. Tapi, memang bertemu langsung dan berbicara meski sepatah dua-patah dengannya sungguh mengundang perasaan menakjubkan dalam diri.
Sejurus kemudian dia lansgung ngeloyor pergi meninggalkan ruangan berukur sekitar 4 x 5 meter tersebut. Aku pun tampak masih tak percaya dengan pengalaman yang terjadi barusan. Huft. Tapi, orang yang sejak kecil menjadi pembicaraan dan beberapa lagunya sering ku dengarkan itu akhirnya bisa juga ku temui.
Setelah itu, aku menemui panitia untuk meminta press ID Card agar bisa masuk gratis dalam konser yang diselenggarakan di Gedung Jatim Expo. Berbekal kartu yang diberi panitia siang harinya, aku bisa melenggang bebas tanpa banyak pemeriksaan seperti yang dialami penonton umum.
Saat memasuki tempat pertunjukan, ternyata Candil, Andi, Ivan, Baron, Yuke, dan Yoyo, sudah berada di panggung dan membawakan lagu keempat yang saat itu berjudul Gadis Extravaganza. Setelahnya disusul lagu Sobat, dan Loe Toe Ye, sebagai lagu pamungkas.
Berselang 20 menit setelah aksi panggung ikon rockstar Indonesia itu selesai, Slash dan bandnya muncul di panggung. Membawakan lagu Ghost, ia menyajikan cara bermain gitar yang ciamik. Selanjutnya Mean Bone, Night Train, Dirty Little Thing, Back from Lay, Beggae Hangers, Civil War, Rocket Queen, Fall to Pieces, Suckertrain Blues, Bothing to Say, Starlight, Watch This, dan Godfather.
Hingga lagu keempat belas, penonton tak banyak yang berjingkrak. Namun, bukan berarti mereka tak antusias. Nah, memasuki lagu kelima belas berjudul Sweet Child O Mine, penonton langsung berjingkrak dan ikut menyanyikan lagu yang sangat populer tersebut. Dalam momen ini, penonton diberi kesempatan oleh Myles (eks Vokalis Alter Bridge) untuk ikut menyanyikan lagu barang sebentar.
Sesudahnya, Rise Today, dan Suther meluncur hingga secara tiba-tiba Slash dan konco-konco-nya meninggalkan panggung yang diikuti padamnya lampu panggung. Namun, sepertinya penonton tak puas. “We want more, we want more.” Kalimat itu terus berkumandang dari penonton yang tampak meminta agar ada tambahan lagu lagi.
Tak disangka, Myles mendadak nongol dan diikuti personel lainnya. Ia pun berkata, “Ok. You win!” Lagu By the Sword dinyanyikan, dan Paradise City menjadi pemungkas aksi panggung menawan dari musisi top negeri Paman Sam tersebut.
0 comments:
Posting Komentar