Rabu, 28 Juli 2010 (Republika)
Oleh Erik Purnama Putra
Namanya Sapu Angin 2. Ia mampu menempuh jarak 236,6 kilometer hanya denganmenghabiskan satu liter bensin! Dengan kemampuannya itu, mobil yang dirancang sekelompok mahasiswa Institut Teknologi Surabaya (ITS) ini akhirnya didaulat menjadi mobil teririt se-Asia di ajang Shell Eco Marathon (SEM) Asia 2010, yang berlangsung di Sirkuit Internasional Sepang, Malaysia, belum lama ini.
Mobil rakitan mahasiswa Teknik Mesin ITS itu meraih medali emas Combution Grand Prize dan Gasoline Fuel Award. Kedua penghargaan tersebut masuk dalam kategori Urban Concept.
Di ajang ini, tim ITS mengikutkan dua mobil yang diberi nama Sapu Angin 1 dan Sapu Angin 2. Sapu Angin 1 adalah prototype futuristic mirip go kart yang dirancang agar satu liter bensin, mampu digunakan untuk menempuh jarak hingga seribu kilometer.
Sedangkan mobil Sapu Angin 2 adalah mobil urban concepts vehicle. Bentuknya mirip mobil roda empat konvensional, tetapi ukurannya lebih kecil. Mobil ini bisa dipakai dalam kota dan mampu membawa dua orang penumpang. Ditargetkan, untuk satu liter bensin, bisa dipakai hingga jarak 500 kilometer.
Sebelum berlaga di ajang yang diikuti 58 peserta dari 10 negara itu, sebetulnya Sapu Angin 1 yang ditargetkan menjadi juara. Namun, temyata ia tak mampirmenembus posisi teratas. Justru Sapu Angin 2 yang berhasil meraih hasil predikat mobil teririt pada ajang paling bergengsi kampus se-Asia itu.
Ketua Jurusan Teknik Mesin ITS, Herman Sasongko, mengatakan, kemenangan Sapu Angin 2 turut ditopang oleh bobot mobil yang sangat ringan. “Hanya sekitar 93 kilogram,” ujar Herman saat ditemui di Kampus ITS, Surabaya, belum lama ini.
Selain itu, peningkatan ki-nerja beberapa komponen ditambah dengan efisiensi mesin menjadikan mobil Sapu Angin 2 mampu mengungguli mobil dari 15 universitas ternama Asia. Mereka menyisihkan peserta dari negara-negara, di antaranya Jepang, Cina, India, Singapura, dan Malaysia.
Kunci kemenangan lainnya, kata Herman, adalah strategi tim ITS yang melakukan inspeksi dan tes sirkuit lebih awal. “Dengan begitu, mereka bisa menganalisis dan membuat improvisasi saat perlombaan. Nyatanya, kita yang akhirnya menang,” ujar Herman.
Mobil yang dirancang oleh tim yang terdiri atas delapan mahasiswa ini memang telah dipersiapkan cukup matang. Sebelumnya, mereka mempelajari kinerja mobil yang meraih juara dari lomba mobil hemat bahan bakar minyak (BBM) tingkat internasional di Eropa.
“Tim mempelajari hal-hal terkait konsep monoquece atau kerangka mobil dan bodi mobil dalam satu rangkaian. Mereka membuat desain, mencari bahan baku, mengelas, melakukan pembubutan, dan seterusnya hingga selesai,” ujarnya.
Diproduksi massal
Sapu Angin 2 diniatkanuntuk bisa diproduksi massal pada 25 tahun mendatang. Mobil ini dirancang mahasiswa Teknik Mesin ITS dengan berguru kepada alumni dan berbagai pimpinan perusahaan pabrikasi kapal di Kenjeran Surabaya.
“Karena bentuknya kecil mirip city car, maka cocok jika diproduksi massal, sebab tak memacetkan jalan dan sesuai untuk perjalanan dalam kota,” ujar Herman.
“Karena bentuknya kecil mirip city car, maka cocok jika diproduksi massal, sebab tak memacetkan jalan dan sesuai untuk perjalanan dalam kota,” ujar Herman.
Mekanik mobil Sapu Angin 2, M Haikal Fimansyah, mengatakan, pemilihan nama Sapu Angin diambil dari ajian (kekuatan) Sunan Kalijaga yang dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dengan mudah.
“Kami mendesain mobil berdasarkan konsep aerodinamika, berat yang ringan, material yang terbaik, dan sistem pengendalian (kontrol) yang baik untuk mendapatkan efisiensi penggunaan bahan bakar sebesar-besarnya,” ujar Haikal.
“Kami mendesain mobil berdasarkan konsep aerodinamika, berat yang ringan, material yang terbaik, dan sistem pengendalian (kontrol) yang baik untuk mendapatkan efisiensi penggunaan bahan bakar sebesar-besarnya,” ujar Haikal.
Menurut Haikal, ada tiga aspek yang perlu diperhatikan saat merancang aspek teknis mobil trsebut- Yakni, berat kendaraan, efisiensi mesin, serta aerodinamika. Sebetulnya, dari segi target-yang awalnyaditargetkan satu liter untuk 500 kilometer-kendaraan ini belum memenuhinya. Karena itu, Haikal mengatakan, ke depan, kemampuan mobil akan terus ditingkatkan agar lebih hemat.
“Target kami memang meleset. Dari satu liter untuk 500 kilometer akhirnya melaju hanya 236,6 kilometer,” ujarnya.
Fitur utama Sapu Angin 2 adalah kontrol sistem yang terprogram dan penggunaan material chassis dari bahan campuran logam aluminium sehingga tubuh mobil menjadi sangat ringan. “Ini sangat cocok jika diproduksi untuk pemakaian dalam kota yang identik dengan kemacetan,” ujarnya.
Haikal menjelaskan, berbeda dengan mobil kategori futuristic prototype, kendaraan jenis urban concept, selain ditinjau dari sisi penghematan bahan bakar, juga melihat dari sisi kenyamanan pengendara. Karena itu, setelah sukses di kejuaraan SEM Asia, diharapkan Sapu Angin 2 bisa menjadi mobil urban atau city car yang nyaman digunakan sehari-hari.
Menanggapi hal itu, Herman yang mendampingi mahasiswanya di kejuaraan SEM Asiatersebut mengatakan, kendalanya adalah belum adanya political will dari pemerintan untuk membuat kebijakan yang mendorong agar anak bangsa bisa memproduksi mobil dalam negeri. “Kami siap sebab sumber daya manusia banyak yang mumpuni. Masalahnya tinggal di pemerintah saja,” katanya.
SEM Asia merupakan ajang mahasiswa untuk mengembangkan inovasi, imajinasi, dan kreativitas dalam menciptakan teknologi kendaraan masa depan. Beberapa aspek yang ditekankan, antara lain mampu menempuh jarak paling jauh, hemat energi, dan ramah lingkungan.
SEM telah populer di Eropa sejak 25 tahun yang lalu, tepatnya setelah diselenggarakannya pertama kali di Prancis pada 1985. Pada 2007 lalu, Shell membawa SEM ke benua Amerika dan meluncurkan SEM Amerika untuk pertama kalinya di California, AS. Pada 2010, SEM hadir di Asia dan Malaysia berkesempatan menjadi tuan rumah selama tiga tahun berturut-turut. Penyelenggaraan selanjutnya akan dilakukan bergantian di berbagai negara Asia. ed andi nur aminah
0 comments:
Posting Komentar