Masih ingat game Counter Strike yang pernah booming beberapa waktu lalu? Permainan seru menembak musuh yang muncul secara tiba-tiba di depan layar ini memang menghadirkan sensasi ketegangan. Nah, mungkinkah lewat game model ini kita belajar sejarah?
Jawabannya ada di tangan mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Karya mereka adalah game Palawa atau kependekan dari Palagan Ambarawa. Palagan Ambarawa adalah peperangan yang terjadi pada 13-15 Desember 1945.
Sepuluh pencipta game adalah mahasiswa dari Program Studi (Prodi) Sistem Informasi dan Jurusan Teknik Informatika dalam naungan Fakultas Teknologi Informasi (FTIf) ITS. Mereka hanya membutuhkan waktu 2,5 bulan untuk membuat dan mengembangkan game yang mengusung nilai-nilai peperangan, sejarah, dan patriotisme tersebut.
Karya mereka dimasukkan ke dalam wadah www.gameedukasi.com yang mengusung jargon ‘Dari ITS Surabaya untuk Bangsa’. Sebelumnya, diluncurkan game P10NER yang tercetus dari peristiwa pertempuran 10 November Surabaya. Dua lainnya adalah game Merapi Joe dan Merapi Boy, yang didedikasikan untuk memperingati meletusnya Gunung Merapi, 26 Oktober lalu.
Karya mereka dimasukkan ke dalam wadah www.gameedukasi.com yang mengusung jargon ‘Dari ITS Surabaya untuk Bangsa’. Sebelumnya, diluncurkan game P10NER yang tercetus dari peristiwa pertempuran 10 November Surabaya. Dua lainnya adalah game Merapi Joe dan Merapi Boy, yang didedikasikan untuk memperingati meletusnya Gunung Merapi, 26 Oktober lalu.
Pembimbing mahasiswa pencipta game Palawa, Imam Kuswardayan, mengatakan bahwa game yang dibuat anak didiknya bertujuan ingin menanamkan edukasi kebanggaan kepada para pahlawan bagi pemakainya. Karena itu, saat menjalankan lakon dalam game ini pemain secara tidak langsung diajak mengenal dan mengenang perjuangan para pahlawan dalam peristiwa Palagan Ambarawa.
“Menanamkan rasa cinta dan kebanggaan kepada Tanah Air, serta menumbuhkan rasa patriotisme itulah misi kami membuat game ini,” ucap dosen Teknik Informatika ITS Surabaya kepada Republika, Selasa (21/12).
Tak dipatenkan
Game Palawa berpotensi dijual dengan harga Rp 50 ribu. Namun, Imam masih memikirkan cara pengamanan agar game buatan anak didiknya tak dibajak. Meski begitu, ia tak berniat mematenkan game Palawa ini. “Kami ingin membuat proteksi agar program dalam game ini minimal tak bisa digandakan sepenuhnya orang lain,” jabarnya.
Terkait teknis permainan, Imam mengungkap jika sudah terbiasa bermain game Counter Strike, pemain hanya membutuhkan waktu satu jam untuk menyelesaikan misi peperangan. Yang berbeda, kata Imam, cerita, karakter, lingkungan, musuh, dan suasana tiga dimensi game jelas tak sama dengan Counter Strike.
Terkait teknis permainan, Imam mengungkap jika sudah terbiasa bermain game Counter Strike, pemain hanya membutuhkan waktu satu jam untuk menyelesaikan misi peperangan. Yang berbeda, kata Imam, cerita, karakter, lingkungan, musuh, dan suasana tiga dimensi game jelas tak sama dengan Counter Strike.
“Game ini menghasilkan kesulitan tersendiri bagi yang memainkannya. Sebab alur ceritanya sangat baru, murni gagasan yang disesuaikan dengan sejarah Palagan Ambarawa, kata Imam.
Koordinator tim pengembangan game Palawa, Satria Wibawa, mengatakan bahwa ide pembuatan game yang mengusung aplikasi Open Dynamic Engine itu adalah kian pudarnya rasa nasionalisme terhadap para pejuang kemerdekaan. Mengenai game, ia menyebutkan, Suasana pertempuran dalam game ini di desa dan dalam benteng Belanda. Narasi teks dan video yang terkait kronologis sejarah juga disisipkan untuk menambah nilai historis, serta menggugah patriotisme, papar Satria. ed: yeyen rostiyani
Game Empat Level
Game terbagi dalam empat level. Level pertama berlatar waktu sore hari, mengisahkan tentang pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin Letkol Isdi man, anak buah Jenderal Besar Soedirman, membawa misi membidik jenderal sekutu.
Pada level kedua, permainan ini menampilkan insiden yang terjadi di Desa Jambu. Misi di level ini adalah membebaskan desa dari sekutu. Pada level kedua ini juga diceritakan bahwa Letkol Isdiman gugur saat pertempuran.
Memasuki level ketiga, serangan balik TKR ke benteng sekutu kian menambah seru ritme permainan. Pasalnya, para pemain dituntut menuntaskan semua musuh selama pertempuran berlangsung.
Pada level terakhir, game ini mengisahkan perlawanan sekutu menerobos berikade para pejuang TKR untuk melarikan diri. Usaha ini gagal kerena per tahanan TKR yang kuat. Nah, Anda siap bermain game sambil belajar sejarah? n erik purnama putra
0 comments:
Posting Komentar