Oleh Erik Purnama Putra
Ada pengalaman unik selama saya menjadi wartawan saat meliput sebuah peristiwa atau kejadian yang menjadi perhatian khalayak umum. Apa itu? Tak lain adalah tertujunya pandangan mata saya yang selalu tak bisa dilepaskan dari seorang atau beberapa orang yang gelagatnya tampak ‘mencurigakan’.
Saya katakan demikian karena orang bersangkutan selalu berlagak sibuk sendiri dan tak jarang meniru pola kerja wartawan dengan ikut mencatat setiap hal yang dirasa penting. Dengan membawa pena dan booknote, serta tas model menyamping.
Siapakah yang dimaksud? Tak lain adalah polisi yang berdinas di satuan reserse maupun tak di bagian intelijen. Mengapa saya tahu kedok mereka? Ya karena seringnya di setiap acara yang saya liput pasti dengan mudah menjumpai mereka.
Biasanya dalam peristiwa demonstrasi maupun perhelatan politik, keberadaan mereka dengan mudah ditemui. Akhirnya, setelah berbincang dengan rekan wartawan lainnya dipastikan bahwa orang asing yang selalu ada di setiap saya liputan, yang berlagak wartawan seratus persen tersebut adalah petugas reserse.
Mereka melakukan penyamaran dengan tujuan agar acara yang dijaganya bisa aman terkendali. Dengan melakukan sedikit pengelabuan terhadap orang di sekitar yang pasti menyangka yang bersangkutan sebagai wartawan, petugas tersebut bisa dengan leluasa memantau keadaan.
Jika dirasa aman, ia biasanya akan berkeliling sembari duduk-dukuk umpama saat menjaga demonstrasi. Namun, jika keadaan berubah, yang bersangkutan bisa seketika melakukan pengamanan sesuai prosedur berlaku.
Meski begitu, ada satu hal yang jika diamati terdapat perbedaan antara wartawan asli dengan wartawan reserse. Jika wartawan asli biasanya akan duduk menggerombol dan berbicara ngalor-ngidul sembari menunggu kegiatan yang diliputnya selesai.
Namun, wartawan reserse tersebut sedari awal lebih memilih posisi menyendiri alias jauh dari kerumunan wartawan dan terus memasang muka serius—sebab dia memang sedang bertugas—selama kegiatan yang dijaganya berlangsung.
Pola itu terbaca dengan sendirinya setelah saya sering berjumpa dengan petugas bersangkutan dalam mengamankan kegiatan demonstrasi. Yang lebih sulit, biasanya jika yang jaga adalah wanita. Karena tak jarang reserse cantik yang sedang menyamar, yang jarang muncul ke publik mampu mengecoh para wartawan.
Disangkanya orang tersebut wartawan sungguhan. Nyatanya, setelah diperhatikan secara serius, ternyata dia sedang bertugas memantau dan mengamankan lokasi. Tapi, bagi masyarakat awam sangat sulit mengidentifikasi petugas reserse bersangkutan.
Karena, selain penampilannya yang tak menunjukkan bahwa ia merupakan petugas kepolisian. Juga, cara penyamarannya yang memang dibuat sedemikian rupa agar tak mudah teridentifikasi orang banyak
Karena, selain penampilannya yang tak menunjukkan bahwa ia merupakan petugas kepolisian. Juga, cara penyamarannya yang memang dibuat sedemikian rupa agar tak mudah teridentifikasi orang banyak
Tapi, dikalangan wartawan, para reserse maupun intelijen polisi malah jadi guyonan dan bahan rasan-rasan yang mampu mencairkan suasana kebosanan jika saat liputan sedang tidak dalam kondisi mood yang bagus.
0 comments:
Posting Komentar