Kamis, 29 April 2010

Menggapai Kebahagiaan Hakiki

Kamis, 29 April 2010 (Koran Jakarta)

Apa sesungguhnya yang paling dicari manusia dalam hidup ini? Jawabannya bisa beragam. Ada yang menjawab harta yang berlimpah, jabatan dengan kekuasaan yang penuh dan kuat, dan sederet lainnya sesuai versi masing-masing orang.

Bila ditanya tentang inti dari semua pencarian, semua sepakat bahwa harta, jabatan, atau apapun yang dicari dan diburu yang bersifat duniawi, semuanya didasarkan pada keinginan untuk mendapat kebahagiaan.

Lalu bisakah harta dan jabatan menjamin seseorang bisa bahagia? Tentu tidak. Melalui serangkaian kata-kata bijak, Komaruddin Hidayat mengajak pembaca untuk memilih jalan kebahagiaan melalui hidup yang bermakna.

Memburu harta dan jabatan tidak terlarang. Justru, kita harus mengejarnya. Namun, jadikan harta dan jabatan itu untuk membuat hidup kita bermakna.

Caranya? Anda bisa temukan dengan menelusuri satu demi satu ungkapanungkapan bijak cendekiawan muslim yang dikenal sebagai penulis dan pembicara dengan tutur kata yang indah sekaligus dalam ini.

Buku ini memuat tulisan 250 petuah bijak yang dapat dijadikan pembimbing bagi manusia untuk berintropeksi dan menilai dirinya sendiri agar menjadi pribadi lebih baik dan sempurna. Buku ini jika diresapi betul akan bisa sampai menyentuh hati para pembaca.

Mengingat berbagai tulisan banyak yang bersinggungan dengan kehidupan sehari-hari kita, yang kadang terlena dengan kenikmatan dunia.

Hingga berujung pada lupa akan sikap syukur atas karunia luar biasa yang diberikan Sang Pencipta. Manusia sering kali lupa diri terhadap posisinya.

Maksudnya, tidak jarang seseorang yang menempuh pendidikan tinggi atau kekayaan luar biasa secara tak sadar perilakunya berubah seiring segala pencapaian yang berhasil dilakukannya.

Hal itu jelas secara tak langsung menjauhkannya dari sebuah kebahagiaan hidup yang sebenarnya dibutuhkannya.

Jika tidak percaya, orang yang berubah perilakunya, dari dulunya yang sederhana setelah merasa taraf hidupnya lebih baik akan mendapati lingkungan sekitarnya juga berubah.

Dampaknya, secara tak langsung orang-orang di sekitarnya akan segan dan ogah untuk mendekat kepadanya. Padahal, agama Islam mengajarkan setiap pemeluknya untuk selalu menjaga silaturahim dan mengedepankan hati dalam kehidupan bermasyarakat.

Mengingat hanya dengan hati seseorang akan memiliki kesadaran tingkat tinggi untuk menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain.

Karena itu, sebaiknya kita perlu melakukan manajemen ego untuk menjadi pribadi menyenangkan agar keberadaan kita mampu menyebarkan rahmat kepada orang-orang sekitar kita, bukannya malah bersikap lupa diri. Dalam buku ini, penulis tak hanya menyentuh sisi manusia secara pribadi.

Namun, juga keberadaannya sebagai makhluk sosial dan khalifah di muka Bumi ini. Oleh karena itu, terdapat ulasan tentang hubungan manusia dengan alam, keluarga, persaudaraan, hingga kenegaraan.

Tujuannya, diharapkan seseorang bisa hidup dengan menempatkan dirinya sesuai dengan lingkungannya agar tak terjadi berbagai penyimpangan yang merugikan pihak lain, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. 

Judul : 25 Wisdoms (Membuka Mata, Menangkap Makna)
Penulis : Komaruddin Hidayat
Penerbit : Mizan Publika
Tahun : I, Februari 2010
Tebal : ix + 334 halaman
Harga : Rp79.000
Peresensi adalah Erik Purnama Putra, alumnus Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

0 comments: