Kamis, 10 Desember 2009

Perjuangan Emak Menunaikan Haji

Minggu, 6 Desember 2009 (Duta Masyarakat) 

JANGAN salah sangka. Emak Ingin Naik Haji bukan lah murni sebuah buku, melainkan cerita skenario film yang dirilis pada 12 November 2009 dengan judul sama yang sengaja dibukukan. Karena itu, isi buku ini hanya merangkum gambaran singkat setiap adegan episode film melalui tulisan deskripsi singkat yang membuat pembaca mesti berimajinasi agar dapat menyerap secara sempurna jalannya alur cerita film yang bertemakan religius sosial tersebut.

Meskipun begitu, kelebihan buku karya Aditya Gumay & Adenin Adlan ini adalah kedua penulis berupaya menyajikan skenario film dengan tulisan yang cukup sederhana dan tidak berbelit-belit, sehingga pembaca bisa dapat dengan mudah menangkap jalannya cerita.

Dikisahkan bahwa Emak (61 th) adalah janda miskin yang ditinggal mati suami dan anak keduanya, yang sekarang hidup bersama anak sulungnya bernama Zein yang memiliki kerinduan dan sangat berhasrat ingin pergi beribadah haji ke Mekkah. Sayangnya, kondisi ekonomi yang hanya bergantung pada penghasilan membuat kue apem, dan pekerjaan Zein yang duda hanya menjual lukisan keliling, membuat impian kedua orang itu jauh dari kenyataan. Namun, hal itu tak membuat emak patah arang, sehingga dia terus gigih berjuang mengumpulkan uang dengan menabung penghasilan dari pendapatannya yang sangat sedikit.

Menyadari harapannya yang bertabrakan dengan realita sebab uang tabungannya hanya lima juta, meski sudah nabung lima tahun membuat emak bertawakal kepada-Nya sebab dia merasa umurnya sudah cukup tua. Mengingat jika lima tahun hanya sanggup menabung Rp 5 juta, berarti butuh sekitar 25 tahun lagi agar uang Emak cukup untuk digunakan membayar ongkos haji. Jadi sesuai hitung-hitungan matematis maka baru pada umur 86 tahun, emak bisa menunaikan haji dengan catatan tak ada rintangan luar biasa dan dia masih diberi umur panjang oleh Sang Pencipta.

Menyadari itu, Zein merasa menjadi anak yang tidak berguna sebab tak mampu membantu secara finasial agar Emak dapat menutupi kekurangan biaya naik haji. Karena Zein sendiri untuk biaya hidup sehari-hari saja juga masih pontang-panting sebab dia belum bisa memenuhinya secara kuat mengingat lukisan kaligrafinya sangat sedikit yang laku dibeli orang.

Ironisnya, di depan rumah reot Emak yang semipermanen berdinding kayu, berdiri menjulang rumah mewah milik Haji Saun—pengusaha besi tua dan jual-beli kapal yang kaya raya, yang hampir setiap tahun keluarga kaya tersebut berangkat haji atau umrah ke tanah suci. Yang terbaru, mereka sekeluarga berencana Umroh untuk keenam kalinya bersama artis. Dan diikuti pula ritual untuk mengantar kepergian mereka dengan mengadakan selamatan mewah. Kehidupan keluarga berlimpah materi ini perbandingannya bagaikan langit dan bumi dengan kehidupan Emak yang demi makan sehari-hari saja belum pasti.

Suatu ketika datang cobaan maha berat saat anak Zein sakit dan harus dioperasi segera dengan biaya Rp 5 juta. Sementara, Ziah yang mantan istri Zein dan sudah menikah dengan lelaki lain tidak punya uang sehingga merengek-rengek meminta bantuan kepada Eman dan Zein. Emak yang menyadari kesulitan Ziah tidak tega melihat kenyataan itu dan berupaya mengikhlaskan tabungan hajinya untuk biaya rumah sakit cucunya agar lekas sembuh. Mengapa Emak sampai melakukan itu? Karena dia merasa hatinya sudah sampai di depan Ka’bah melalui keinginannnya yang terpendam walaupun raganya belum bisa pergi haji. Sehingga atas dasar keyakinan itu membuatnya tak mempersoalkan uang tabungannya dipakai demi kepentingan lain yang lebih mendesak.

Tetapi di luar dugaan Zein menolak langkah bijaksana Emak sebab urusan Ziah tidak seharusnya melibatkan Emak, karena dia sudah memiliki suami lagi. Namun karena Ziah berasalan suaminya sedang tidak punya uang membuat tidak ada jalan lagi selain menggunakan uang emak untuk pengobatan anak Zein dan Ziah. Karena sudah terdesak membuat Zein malah menyusun rencana untuk mencuri uang tunia milik Haji Saun yang ditaruh di kamarnya.

Tetapi ketika sudah nekat menjalankan aksinya, di tengah jalan Zein yang tinggal mengambil uang yang sudah ada di depannya merasa tersadar bahwa perbuatan itu sangat tak pantas dan bertentangan dengan hati nuraninya. Akhirnya dia pun mengurungkan niatnya. Namun, saat melompat pagar hendak pulang, beberapa warga kampung memergoki aksinya. Zein pun dikejar. Untungnya, dia berhasil kabur dan langsung bertobat seketika saat sudah kembali ke dalam rumahnya.

Di luar tokoh tokoh Emak dan Haji Saun, terdapat sosok Pak Joko, pengusaha kaya yang berencana mengikuti pemilihan kepala daerah dengan menghalalkan segala cara agar keinginannya tercapai, yang menjadi seting ketiga film ini. Tujuan Pak Joko ke Mekkah tidak murni beribadah dan cuma agar dapat menyandang gelar haji sebagai embel-embel agar dirinya lebih percaya diri dalam memperebutkan kursi walikota.

Baca secara seksama skenario film layar lebar yang diadaptasi dan dikembangkan dari cerpen karya Asma Nadia ini yang menyuguhkan tiga perbandingan perihal motivasi masing-masing orang pergi ke Tanah Suci. Yakni, keluarga saudagar yang melaksanakan haji sebagai rutinitas, emak yang sungguh murni rindu Rumah Allah, dan si pengusaha yang cuma butuh gelar haji.

Judul : Emak Ingin Naik Haji
Penulis : Aditya Gumay & Adenin Adlan
Penerbit : Mizan Publika
Cetakan : Oktober 2009
Tebal : xxii + 135 halaman
Peresensi : Erik Purnama Putra, adalah blogger dan book reviewer

0 comments: