Jumat, 3 Juli 2009 (Harian Bhirawa)
SEKARANG, kata global warming (pemanasan global) semakin populer di dengar masyarakat. Semua negara di dunia mulai takut tentang dampak pemanasan global yang diyakini mampu mengancam eksistensi kehidupan manusia.
Karena itu, pada 2007, bertempat di Bali, Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi PBB untuk Perubahan Iklim yang diikuti hampir semua perwakilan negara untuk membahas ancaman pemanasan global agar keberadaan manusia di muka bumi dapat diselamatkan.
Karena itu, pada 2007, bertempat di Bali, Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi PBB untuk Perubahan Iklim yang diikuti hampir semua perwakilan negara untuk membahas ancaman pemanasan global agar keberadaan manusia di muka bumi dapat diselamatkan.
Tanda-tanda pemanasan sudah mulai tampak akibat lingkungan yang rusak. Dalam lingkup kecil, pemanasan global sudah mengakibatkan gunung es di Kutub Utara meleleh sebab temperatur udara mengalami kenaikan hingga 2 derajat celcius. Akibatnya, habitat asli beruang kutub saat ini banyak yang mencair hingga membuat binatang itu terusir. Dan yang terjadi, sebagian besar di antaranya mati akibat tak bisa hidup di tempat lain.
Dampak secara luas dari pemanasan global mengakibatkan permukaan air laut meninggi. Naiknya permukaan air laut itu berpotensi menenggelamkan dataran rendah, dan khusus di Indonesia mengancam ribuan pulau tak berpenghuni di Indonesia yang diramalkan bakal tenggelam.
Menyikapi itu, runner-up Putri Indonesia 2005 Valerina Novita Daniel tergerak untuk mengampanyekan kepada masyarakat agar lebih mencintai lingkungan mulai sekarang agar generasi selanjutnya tidak hidup dalam ancaman akibat rusaknya lingkungan bumi.
Tak hanya menyeru, Putri Puspa dan Lingkungan Valerina tersebut turut berpartisipasi menjaga lingkungan agar mampu dicontoh masyarakat, serta memberikan tips sederhana ikut aktif melestarikan lingkungan yang dapat diaplikasikan setiap orang. Semua itu ditulis Valerina Daniel dalam bentuk buku berjudul Easy Green Living.
Tak hanya menyeru, Putri Puspa dan Lingkungan Valerina tersebut turut berpartisipasi menjaga lingkungan agar mampu dicontoh masyarakat, serta memberikan tips sederhana ikut aktif melestarikan lingkungan yang dapat diaplikasikan setiap orang. Semua itu ditulis Valerina Daniel dalam bentuk buku berjudul Easy Green Living.
Menurut Valerina Daniel, kita tidak boleh berdiam diri saja melihat bumi yang sedang sakit. Semestinya kita wajib tergerak untuk ikut berjuang melestarikan planet bumi agar anak cucu kita dapat menikmati kehidupan lebih baik. Bukannya warisan bobrok akibat keserakahan manusia zaman sekarang yang dengan seenaknya sendiri membabat habis hutan dan tak peduli ikut berpartisipasi menyelamatkan lingkungan.
Bumi memang sedang dalam bahaya akibat penggundulan hutan dan efek rumah kaca, di mana semua kota besar menjadi hutan beton akibat banyaknya gedung menjulang tinggi dan lahan hijau makin menyempit. Kondisi itu berpengaruh terhadap temperatur udara yang mengalami perubahan drastis dalam sekejap. Dan jika dibiarkan dalam jangka panjang, iklim akan kacau dan sulit diramalkan sebab mengalami pergeseran waktu.
Fenomena itu sudah terjadi di Indonesia, di mana masyarakat, terutama petani sudah merasakan dampak perubahan iklim global. Saat ini, musim kemarau dan penghujan sudah tak menentu dan sulit diramalkan. Sehingga petani mengalami kerepotan ketika harus memprediksi untuk melakukan masa tanam. Dampak lainnya, terjadi gagal panen dan tanaman mengalami kematian sebab ketika diperhitungkan musim hujan, ternyata malah kemarau panjang.
Sementara bagi warga yang hidup di kota besar yang berciri kawasan industri, mereka pastinya akan mengalami ancaman kesehatan yang berpotensi terkena penyakit mematikan. Tak hanya itu, semakin sedikitnya ruang terbuka hijau membuat tingkat kualitas hidup masyarakat menurun drastis akibat udara buruk dan suhu di atas normal.
Kondisi bumi yang semakin parah bagi penulis merupakan sebuah tantangan yang perlu dicegah agar tak semakin berdampak buruk terhadap kelangsungan hidup manusia. Untuk itu masyarakat perlu digerakkan rasa cinta lingkungan dan sadar bahaya yang akan timbul jika lingkungan rusak.
Namun tak hanya menyeru saja, kita mesti ikut melakukan tindakan nyata membuat kondisi lingkungan lebih baik. Karena itu, gerakan green love perlu ditanamkan dalam setiap sanubari masyarakat supaya bumi bisa lebih baik dibanding sekarang.
Namun tak hanya menyeru saja, kita mesti ikut melakukan tindakan nyata membuat kondisi lingkungan lebih baik. Karena itu, gerakan green love perlu ditanamkan dalam setiap sanubari masyarakat supaya bumi bisa lebih baik dibanding sekarang.
Pasalnya, selama ini lingkungan hanya dijadikan obyek komoditi untuk mereguk keuntungan pribadi, misalnya penebangan hutan dan pembangunan gedung di lahan pertanian yang tak mengindahkan kelestarian lingkungan. Maka itu, jika kondisi itu dibiarkan pasti sangat berbahaya bagi keberadaan manusia sebab alam akan memberontak dan menghukum balik manusia melalui berbagai bencana.
Sehingga jalan satu-satunya adalah dengan memulai dari diri sendiri dan hal kecil dulu. Contoh konkretnya bila di sekitar rumah ada lahan kosong, daripada dibiarkan tak terurus mending ditanami pohon atau tanaman hias lainnya. Atau jika memungkinkan, setiap individu perlu menanam pohon di pot gantung di berbagai sisi rumah agar suasana rumah lebih teduh dan sehat dengan banyaknya oksigen yang diproduksi tanaman. Kondisi itu pasti lebih baik daripada lahan kosong tak terurus dan udara yang dihirup kotor.
Metode lain cinta lingkungan adalah memilah sampah rumah tangga sesuai jenisnya (basah atau kering), berangkat sekolah dengan sepeda atau berjalan kaki jika jaraknya dekat, membawa bekal makan siang ke kantor, membawa tas belanja sendiri ketika pergi ke pusat berbelanjaan, dan tak membuang kotoran disembarang tempat.
Tak cukup, hemat energi dengan mematikan peralatan listrik yang tidak terpakai juga merupakan langkah bijak untuk mencegah pemanasan global. Karena di samping menguntungkan, udara di sekitar rumah juga lebih baik. Kaleng atau botol bekas yang tak terpakai daripada dibuang menjadi sumber sampah, lebih baik dimanfaatkan untuk kepentingan pembuatan pot bunga agar meningkatkan kualitas lingkungan sekitar.
Buku ini di samping mengulas tindakan nyata Valerina Daniel dalam mengampanyekan gerakan cinta lingkungan guna mencegah pemanasan global semakin besar, juga diisi beragam kisah inspiratif perjalanan hidupnya selama ini memperjuangkan kegiatan easy green living.
Dilengkapi tips ringan untuk menyelamatkan lingkungan yang dapat dilakukan siapa saja dan di mana saj, entah itu di rumah, sekolah, kantor, bahkan di tempat rekreasi sekalipun, membuat buku ini wajib dimiliki masyarakat sebagai pegangan bagaimana menumbuhkan kepekaan lingkungan dan hidup bersahabat dengan alam.
Dilengkapi tips ringan untuk menyelamatkan lingkungan yang dapat dilakukan siapa saja dan di mana saj, entah itu di rumah, sekolah, kantor, bahkan di tempat rekreasi sekalipun, membuat buku ini wajib dimiliki masyarakat sebagai pegangan bagaimana menumbuhkan kepekaan lingkungan dan hidup bersahabat dengan alam.
Judul Buku : Easy Green Living
Penulis : Valerina Novita Daniel
Penerbit : PT Mizan Publika (Hikmah)
Cetakan : April 2009
Tebal Buku : xxi + 239 halaman
Peresensi : Erik Purnama Putra, Aktivis Pers Kampus Bestari Universitas Muhammadiyah Malang
0 comments:
Posting Komentar