Sabtu, 27 Juni 2009 (Sinar Harapan)
Jika ada pertanyaan yang diajukan kepada masyarakat Indonesia, siapa Presiden RI paling dikagumi ketokohannya, pasti jawabannya tak jauh dari nama Soekarno. Benar, nama yang satu ini adalah merupakan founding fathers selain Muhammad Hatta, yang berperan besar mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Meskipun kini telah tiada, tetapi sosok yang pernah mengguncang dunia tersebut namanya tetap diingat dalam sanubari rakyat Indonesia.
Ketokohan Soekarno bukan hanya diakui rakyat Indonesia semata, melainkan oleh seluruh dunia. Hal itu dapat dibuktikan dengan masuknya nama Bung Karno dalam daftar 20 Tokoh Asia Paling Berpengaruh versi Majalah Time Abad 20. Tak hanya itu, Soekarno juga tetap memiliki kharisma tinggi di mata masyarakat mengingat berbagai ajarannya banyak yang dinilai melampaui zaman dan masih relevan hingga sekarang. Meskipun tak semuanya bisa diterima masyarakat terkait ajaran Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis), namun figur Soekarno tetap melekat di hati rakyat Indonesia.
Alasannya adalah karena ia pejuang sejati dan selalu mengutamakan rakyat dalam memimpin bangsa. Di samping itu, dia memakai hati nurani meski sedang berkuasa hingga dekat di mata rakyat. Dan, mengingat hanya rakyatlah yang ada dalam benak Soekarno saat ia bicara dan bertindak. Hal itu disebabkan dia memimpin Indonesia sambil mengangkat harkat rakyatnya yang hidup menderita.
Dalam pembahasan lain, buku ini membongkar arah pemerintahan Bung Karno yang memberikan angin segar kepada PKI guna membendung serangan ideologi liberalisme dan kapitalisme. Tak cukup, dia juga mengunjungi Cina, Uni Sovyet (Rusia), dan beberapa negara Eropa Timur yang berideologi Komunis, yang membuat pemerintah AS menjadi berang. Apalagi waktu itu Soekarno tak tunduk dengan perintah Washington dan lebih memilih membentuk gerakan Nonblok di saat perang dingin berkembang.
Akhirnya hal itu membuat penguasa negeri Paman Sam membenci Soekarno karena menganggap Presiden RI pertama tersebut tak bisa dikendalikan, yang membuat Washington mencoba menggulingkan pemerintah Soekarno dengan berbagai cara. Salah satu cara yang ditempuh adalah mengirim agen CIA untuk melakukan spionase dan berbagai sabotase di Indonesia dengan mendukung beberapa pemberontakan, dan menggalang dana membantu partai lain untuk menandingi PKI. Tak hanya itu, permainan politik hingga menyuplai berbagai senjata perang dilakukan. Namun semua itu gagal dan malah beberapa agen CIA berhasil ditangkap.
Pada bagian lain, di buku ini juga diungkap kisah hidup Bung Karno dari berbagai wartawan yang dulunya meliput di Istana Negara. Dari pengakuan beberapa wartawan yang meliput keseharian Soekarno, ternyata terdapat beberapa aturan tertulis yang tak boleh dilakukan wartawan maupun fotografer terhadap sang Proklamator, yakni tak boleh memotret di saat sedang memakai baju santai dan sedang tak memakai peci.
Hal itu bukannya tanpa disadari wartawan senior Mingguan Ujana (Jakarta Post) Alex Cumi, yang ketiban sial saat dia memotret Bung Karno yang memakai pakaian santai dan tak memakai kopyah karena sedang melayat ke rumah istri almarhum Perdana Menteri Juanda. Dampaknya, film dalam kameranya diambil petugas dan dia diinterogasi, yang selanjutnya dijebloskan penjara selama 10 hari.
Sedangkan Rachmat, fotografer dari Harian Indonesia pernah punya pengalaman menarik ketika dirinya secara tak sengaja bersenggolan dengan sang presiden pertama Indonesia itu dalam acara musik orkes, karena saat itu Bung Karno meminta semua wartawan untuk ikut berjoget dengannya. Akibatnya dia dipanggil pengawal presiden dan dihardik karena membentur badan Soekarno. Padahal Soekarno tak pernah mempermasalahkan hal sepele seperti itu, tetapi para pengawalnya saja yang sering bertindak over.
Namun yang menggelikan, setiap melakukan kunjungan kenegaraan ke luar negeri, ternyata menjadi kegiatan yang paling menguras tenaga bagi pengawal keamanan presiden sebab Bung Karno dikenal sebagai orang yang suka melanggar protokoler. Dia juga sering molor jika sudah keasyikan menyaksikan lukisan atau karya seni lainnya di luar negeri. Akibatnya, dia sering menyempatkan diri di sela kunjungan kenegaraan untuk bertandang ke bengkel seni rupa dan semacamnya di berbagai negara.
Yang kontroversial diungkap janda mendiang Seokarno, Dewi Soekarno. Wanita bernama asli Naoko Nemoto ini mengungkap secara yakin bahwa suaminya meninggal secara tak wajar. Karena dalam tidur terakhirnya, Bung Karno diceritakan mengorok keras hingga menjelang ajalnya. Dan itu menurut Dewi merupakan akibat pengaruh obat atau suntikan yang diberikan kepada Soekarno yang sakit. Karena itu hingga sekarang dia yakin bahwa Soekarno meninggalnya tidak natural. Meskipun pendapat itu dibantah tim dokter Bung Karno satu-satunya yang masih hidup, Mahar Mardjono. Namun tetap saja kontroversi itu tetap menjadi misteri hingga sekarang.
Buku Bung Karno (Di Antara Saksi dan Peristiwa) merupakan kumpulan hasil karya beberapa penulis yang terpublikasikan di Kompas, yang dirangkai jadi satu untuk menggambarkan ’wajah utuh’ Soekarno dari satu sudut tersendiri. Tulisan-tulisan di buku ini menguraikan secara ringkas dan tajam soal ajaran dan pemikiran Bung Karno yang masih relevan hingga sekarang, dan peristiwa terkait Bung Karno lainnya, semisal megalomania Soekarno, skandal Ames, operasi agen M16 dan CIA, kisahnya saat sakit hingga kontroversi seputar kematiannya, serta film forno tentang Bung Karno. Karena itu, buku ini layak menjadi pustaka pilihan para peminat sejarah, politikus, mahasiswa, dan siapa saja yang ingin bersikap negarawan dan mengedepankan rakyat.
Judul Buku : Bung Karno (Di Antara Saksi dan Peristiwa)
Editor : Farrel M. Rizqy
Cetakan : April 2009
Tebal Buku : vi + 178 halaman
Penerbit : PT Kompas Media Nusantara
Peresensi : Erik Purnama Putra
Erik Purnama Putra
Aktivis Pers Bestari Universitas Muhammadiyah Malang
0 comments:
Posting Komentar