Jumat, 24 Maret 2009 (Harian Bhirawa)
Tantangan hidup yang semakin berat memaksa setiap orang untuk dapat menunjukkan diri sebagai yang terbaik sehingga setiap individu dituntut untuk dapat memaksimalkan segala potensi diri yang dipunyainya. Karena jika tidak begitu orang tersebut akan tereliminasi dan tak akan masuk dalam kelompok pemenang mengingat kehidupan di dunia sebenarnya sebuah kompetisi. Sehingga dari hal kecil kita harus sudah terbiasa untuk hidup dalam persaingan supaya karakteristik diri dapat berkembang pesat dan tidak kagok dalam menghadapi rival.
Karena itu, kadang sikap mementingkan diri sendiri penting untuk dilakukan agar bisa menjadi pemenang sambil menikmati hidup dengan nyaman. Namun itu tak berarti seseorang jadi bertindak tak baik dan melupakan kehadiran orang lain, melainkan menyediakan banyak waktu, uang, tenaga, peluang, jaringan, cinta, kesenangan, dan menggapai prestasi demi diri sendiri. Semuanya itu bisa terlaksana jika kita self oriented.
The 28 Laws of Attraction adalah tentang 28 prinsip yang dapat meluaskan pikiran hingga teramat praktis dan efektif dalam membentuk prinsip yang akan membantu kehidupan, karir kerja, dan hubungan interpersonal di lingkungan yang memuaskan dan menguntungkan diri. Dengan mengaplikasikan 28 prinsip, pembaca dijamin Thomas J. Leonard yang pakar training tak perlu mengejar-ngejar, berharap cemas dan menanti dalam ketidakpastian. Malah sebaliknya, pembaca akan dikejar banyak orang, hal, dan kesempatan, yang secara tak langsung itu peluang menuju kesuksesan yang datangnya menghampiri sendiri.
Menjalani masa kini sepenuhnya, tanpa kegamangan akan masa depan dan penyesalan akan masa lalu merupakan kunci sukses meraih kebahagiaan hidup dan kesuksesan di tempat kerja. Pasalnya melakukan berbagai hal pada waktunya dan menetapkan prioritas hidup dengan tak menunda-nunda bisa membuat orang memiliki modal berharga yang akan mengantarkannya pada pencapaian besar di bidang yang digelutinya.
Thomas J. Leonard yang pendiri CoachVille, sebuah asosiasi dan sekolah pelatihan pengembangan diri dan perusahaan terbesar di dunia mengajak semua orang untuk memiliki kepribadian sukses dengan menerapkan 28 prinsip yang diulas secara detail dengan setiap langkah berbeda yang membuat seseorang akan menemukan pribadi baru setelah melaksanakannya.
Thomas yang disebut sebagai pelatih para pelatih ini menyarankan kepada setiap orang agar ketika menjalani hidup cuma berharap karena itu kurang baik bagi perjalanan hidup manusia, (hal. 53). Hidup berharap itu hanya menciptakan angan-angan kosong yang bisa bikin manusia lari dari kenyataan.
Memang terkesan kontradiktif dan bertabrakan dengan isu yang berkembang sekarang, di mana manusia dituntut untuk menggantungkan harapan setinggi-tingginya dengan berani bermimpi. Namun jika seseorang terus berharap dan bisanya cuma menggantungkan harapan tanpa pernah berbuat lebih jauh lagi, itu sama saja dengan tindakan sia-sia.
Di samping itu, salah satu prinsip menarik yang dipercaya dapat mendatangkan kesuksesan pribadi adalah setiap orang harus menjadi diri sendiri dan jangan pernah berbuat manipulatif; mencoba menjebak orang lain dengan berbagai sikap yang dibuat-buat.
Mengejar ambisi pribadi dan merealisasikan segala keinginan memang penting. Namun lebih penting jika kita harus sadar diri dan lebih mengedepankan kesenangan hati daripada memperjuangkan sesuatu dengan mengorbankan banyak hal. Sebagai manusia bijak sudah sepatutnya kita untuk tidak memaksakan diri agar semua keinginan terpenuhi. Karena jika harus memaksakan diri untuk sukses, keadaan itu hanya akan membuat tubuh menjadi kurang nyaman, serta membutuhkan energi lebih besar.
Sehingga sudah saatnya bagi pembaca untuk meninggalkan rasa terpaksa dan keharusan melakukan sesuatu atau ketidaknyamanan bersama dan berhubungan dengan orang lain hanya demi memenuhi ‘kesuksesan’ yang sebenarnya maknanya relatif bagi setiap orang. Dengan The 28 Laws of Attraction, pembaca akan menjalani hidup yang lebih sempurna, bukan hidup yang sekedarnya. Dan menunjukkan kepada orang lain apa yang kita inginkan.
Karena memang itu lah esensi hidup yang sebenarnya. Namun bukan berarti kita harus gampang menyerah dan tak berjuang memperebutkan yang terbaik bagi diri. Upaya keras wajib dilakukan, tetapi harus proporsional dan sesuai tujuan tanpa menabrak norma aturan yang berlaku.
Menginvestasikan waktu juga penting. Hal itu kadang banyak diacuhkan orang dan disepelekan. Padahal apa yang kita kerjakan saat ini akan menentukan nasib kita di masa depan. Jika saat ini lebih banyak menyia-nyiakan waktu dan tak memanfaatkannya semaksimal mungkin, maka jangan harap ke depannya kita bisa meraih semua tujuan, baik karir maupun keluarga.
Padahal waktu tak dapat kembali dan terus berjalan. Sehingga jalan satu-satunya adalah terus mengejar dan menjajarkan diri pada waktu supaya kita tak semakin tertinggal dalam percaturan persaingan hidup. Dan jangan sekali pun meremehkan aktivitas yang kita lakoni sekarang karena hal itu akan berdampak pada nasib masa depan.
Pasalnya banyak orang menyesal ketika di masa mudanya tidak memaksimalkan waktu luangnya, sebab hanya dipakai untuk hal tak berguna yang tak ada hubungannya dengan produktivitas sebagai modal membangun masa depan. Karena itu hendaknya jangan tunda lagi mulai sekarang setiap individu untuk mengembangkan kepekaan, baik terhadap lingkungan sekitar maupun teman kerja. Semua itu dimaksudkan agar keberadaan kita disenangi dan dapat menangkap peluang lebih dulu gejala setiap perisitiwa penting yang berhubungan dengan masa akan datang.
Buku ini membantu pembaca yang ingin berevolusi agar semakin dekat dengan pemenuhan potensinya supaya bisa membangun hidup memuaskan, kreatif, memiliki keyakinan diri, dan tak tunduk pada tekanan negatif. Tak hanya itu, pembaca juga diajak mengenali sebuah kesempatan emas yang muncul dan bagaimana mewujudkannya, serta bagaimana cara menemukan orang-orang yang bisa membantu meraih tujuan, impian, dan visi yang telah ditetapkan.
Judul Buku : The 28 Laws of Attraction
Penulis : Thomas J. Leonard
Edisi : Oktober 2008
Tebal Buku : 465 halaman
Penerbit : Kaifa (Mizan Pustaka)
Peresensi : Erik Purnama Putra, Mahasiswa Psikologi UMM dan Aktivis Pers Kampus Bestari
0 comments:
Posting Komentar