Selasa, 07 April 2009

Pencarian Makna Hidup


Minggu, 17 Februari 2008 (Malang Post)

Dalam khasanah Ilmu Psikologi masih jarang yang tahu dan membahas aliran tentang Logoterapi. Di kalangan pemikir, teoritis dan praktisi, pandangan Logoterapi masih kalah populer dibanding aliran Psikoanalisis, Behaviour, Humanistik maupun Gestalt. Dapat dipahami, karena pandangan ini muncul lebih akhir dan kurang populer di kalangan masyarakat.

Logoterapi berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata logos yang berarti makna (meaning) dan juga rohani (spiritualy), sedangkan “terapi” adalah penyembuhan atau pengobatan. Logoterapi dapat digambarkan sebagai upaya penyembuhan corak psikologi melalui penemuan dan pengembangan makna hidup, yang mengakui adanya dimensi kerohanian pada manusia di samping aspek ragawi dan kejiwaan, serta unsur sosial-budaya.

Aliran ini pertama dikembangkan oleh Viktor Emile Frankl (1905-1997), seorang dokter penyakit saraf, yang berasal dari Kota Wina, Austria. Viktor Frankl mengembangkan pengalaman hidupnya sebagai dasar teori untuk menciptakan pandangan Logoterapi, di samping landasan ajaran filsafat yang sesuai dengan penemuan hidupnya.

Berawal dari pengalaman hidupnya yang dipenuhi dengan penderitaan manusia, Frankl banyak mengambil hikmah dari tragedi orang-orang yang menjadi tawanan di kamp konsentrasi khusus di zaman Nazi, periode perang dunia ke II. Dalam kamp konsentrasi tersebut, Frankl yang menjadi bagian dari tahanan banyak melihat fenomena sekelompok tawanan kamp yang memiliki dua tingkah laku yang berbeda.

Pertama, yaitu golongan orang yang hidupnya pasrah dan mencerminkan kehampaan dan ketidakbermaknaan (meaningless) hidup semasa menjalani tahanan di kamp. Golongan ini berkumpul orang-orang yang mementingkan diri sendiri dan selalu berbuat ulah, namun sebenarnya mudah putus asa dan menggantungkan diri pada orang lain.

Sementara, yang kedua, yakni golongan orang yang yang menderita, namun tabah menghadapi cobaan, serta tidak kehilangan harapan dan kehormatan dirinya. Mereka berupaya untuk selalu bersedia membantu di tengah himpitan penderitaan yang menimpanya. Golongan terakhir inilah yang disebut Frankl sebagai orang yang senantiasa menghargai dan menghayati hidup yang bermakna, seolah-olah menemukan makna dalam penderitaan (meaning in suffering).

Selama menjalani kehidupan di kamp konsentrasi tersebut, Frankl seolah mendapatkan pembenaran akan teorinya yang selama ini dikembangkannya, yakni adanya hasrat untuk hidup bermakna (the will to meaning) dari apa yang ditunjukkan sekelompok tawanan tersebut. Hasrat untuk hidup bermakna merupakan sebuah motivasi yang dimiliki setiap manusia untuk menemukan makna hidup (the meaning of life) dan mengembangkan hidup bermakna (the meaningfull life).

Dalam perjalanannya hingga sekarang, Logoterapi menjadikan nilai (value) dan makna (meaning) sebagai masalah tema sentral yang dijadikan obyek pembahasan. Logoterapi yang bermotto meaning in suffering dan bersifat future oriented diharapkan bisa mengembalikan dan memupuk rasa optimisme masyarakat menghadapi masa depan yang penuh tantangan betapa pun banyak kendala yang akan menghadang.

Metode Logoterapi yang mengajarkan rasa optimisme, di mana mengajarkan bahwa hidup yang bermakna pada hakikatnya sama dengan perjuangan hidup, yaitu meningkatkan kondisi kehidupan yang kurang baik menjadi lebih baik dengan cara penghayatan kondisi hidup tak bermakna menjadi bermakna, bisa coba diterapkan pada kelompok orang yang mengalami krisis makna hidup dan kemelut sosial.

Dewasa ini, tanah air tercinta terkena krisis multidimensional yang diduga kuat berawal dari krisis identitas yang menghinggapi masyarakat Indonesia. Pudarnya jati diri masyarakat yang diikuti dengan menurunnya tujuan dan kualitas hidup sebuah bangsa akan berefek buruk. Karena dengan krisis identitas, maka orang akan mengalami kesurutan dalam nilai dan makna pedoman hidupnya.

Dalam buku yang berjudul Logoterapi (Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna) ini penulis mencoba mengaitkan hubungan krisis identitas yang dialami individu dengan penanganan metode Logoterapi, yang diperuntukan untuk memberikan sebuah solusi yang tepat atas permasalahan krisis multidimensi yang menimpa masyarakat. Karena Logoterapi bisa menjadi salah satu alternatif yang relevan dalam mengatasi krisis identitas masyarakat.

Buku ini terdiri tiga bagian yang mencakup aspek-aspek penting seputar Logoterapi. Bagian pertama berisi cerita ringan tentang Logoterapi sebagai pendahuluan. Bagian kedua menguraikan berbagai aspek yang meliputi gambaran umum dan dasar-dasar Logoterapi, konsep filsafat Logoterapi tentang manusia dan teori kepribadiannya, aplikasi klinis Logoterapi, serta metode dan pelatihan Logoanalisis. Bagian ketiga memuat pandangan, renungan dan penemuan penulis yang dapat memperbanyak literatur dalam memperluas wawasan Logoterapi.

Pandangan Logoterapi juga sangat sesuai diterapkan bagi metode penyembuhan korban jika dikaitkan dengan banyaknya bencana alam yang melanda negeri tercinta ini, kasus kerusuhan dan kasus krisis mutidimensi yang menyebabkan tekanan hidup masyarakat semakin berat. Permasalahan yang ada tersebut coba di atasi Logoterapi dengan menggunakan metode medical ministry, yakni mengarahkan penderita untuk berusaha mengembangkan sikap (attitude) yang tepat dan positif atas tragedi yang menimpa korban penderita gangguan stress pasca trauma (post traumatic stress disorder/PTSD). Karena permasalahan tersebut efeknya baru terasa saat nanti sesudah bencana usai. Dengan pemberian salah satu metode Logoterapi tersebut, diharapkan mampu mengatasi permasalah yang diderita masyarakat agar bangkit dari keterpurukan.

Salah satu contohnya dengan proses konseling yang menggunakan konsep Logoterapi, di mana pelaksanaannya berbeda dengan jalannya konseling pada umumnya. Bila konseling pada umumnya membiarkan klien “sepuasnya” mengungkapkan masalahnya, dalam Logoterapi klien diarahkan sejak awal untuk menghadapi masalahnya sebagai sebuah kenyataan yang harus dihadapi (hal 139).

Pada bagian akhir buku ini juga memberikan sebuah metode bagi pembaca untuk mengembangkan bagaimana menjalani hidup bermakna. Sehingga buku ini patut dibaca bagi orang yang berkecimpung dalam profesi membantu orang lain (psikolog, psikiater dan pekerja sosial) dan bagi mereka yang ingin melihat cerminan diri di tengah kemelut akan krisis makna hidup supaya bias membantu sesama yang membutuhkan.

Judul Buku : Logoterapi (Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna)
Penulis : H.D. Bastaman
Tahun Terbit : 2007
Tebal Buku : xxxii, 302 hlm
Penerbit : PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Erik Purnama Putra
Mahasiswa Psikologi dan Reporter Koran Kampus Bestari Universitas Muhammadiyah Malang

0 comments: