Rabu, 15 April 2009

Kedepankan Kepentingan Bangsa

Thursday, 16 April 2009 (Seputar Indonesia)

PESTA demokrasi tahap pertama,yaitu pemilihan legislatif (pileg), telah dilangsungkan. Meskipun KPU belum mengumumkan secara resmi hasil perolehan suara setiap parpol, berpegang dari hasil quick count beberapa lembaga survei kredibel petinggi parpol maupun masyarakat bisa mengetahui hasil akhir posisi setiap kontestan pemilu.

Menyikapi itu, tak berselang lama tiap parpol bergerak cepat mengikuti perkembangan dinamika perpolitikan.Buktinya,kubu PDIP bersama Gerindra dan Hanura langsung merapat untuk membentuk koalisi guna menghadapi lawannya yang diramalkan terdiri Demokrat, PKB, PKS, dalam ajang pemilihan presiden (pilpres).Sementara di antara Golkar,PAN,dan PPP masih terjadi tarik ulur di lingkungan internal partai sehingga belum memastikan akan bergabung dalam koalisi ke SBY atau Megawati.

Sayangnya,ada kabar buruk yang diterima masyarakat dari parpol yang kurang bisa menerima hasil pileg. PDIP, Gerindra, dan Hanura menganggap hasil pileg tak mencerminkan demokrasi sebenarnya karena banyak kecurangan dan kecacatan yang tak bisa ditoleransi, yang menguntungkan partai pendukung incumbent.Karena itu,kelompok oposisi berencana melakukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) karena merasa dirugikan akibat kacaunya DPT yang diklaim banyak dari konstituen partai oposisi. Berkaca dari itu,sudah sepatutnya petinggi parpol legowo dan menerima hasil pileg secara bijaksana.

Bukannya malah melontarkan tudingan serius yang tak ada untungnya bagi perkembangan kehidupan demokrasi negara ini. Elite politik partai harusnya berkaca pada negara tetangga Thailand yang situasi perpolitikannya sekarang tak kondusif akibat antara pemerintah dan oposisi tak saling memercayai hasil pemilu sehingga saling menjatuhkan. Sekarang saja masyarakat Indonesia sudah tertib, tetapi malah elite politiknya yang tak bisa memberi contoh baik.

Itu sangat menggelikan mengingat yang bersangkutan sedang berkompetisi untuk memperebutkan kursi Presiden RI.Jika belum menjadi pemimpin saja sudah bertindak di luar aturan dan kesopanan berlaku di masyarakat, bagaimana nanti saat memimpin?(*)

Erik Purnama Putra
Mahasiswa Psikologi UMM dan Aktivis Pers Koran Kampus Bestari

0 comments: