Ahad, 8 Agustus 2010 (Republika)
Erik Purnama Putra
Tak bisa dimungkiri, Amien Rais merupakan sosok yang sering mengundang pro dan kontra di masyarakat. Baik karena kritik maupun karena pernyataannya. Tidak mudah memahami pemikiran seorang Amien Rais, yang tak jarang melampaui zaman.
Buku Menapak Jejak Amien Rais karya Hanum Salsabiela Rais --yang tak lain anak kandung Amien-- berusaha mengungkap sisi lain pria kelahiran 26 April 1944 itu. Sisi yang belum diketahui publik. Inilah novel biografi pertama Hanum.
Meski begitu, lewat buku ini, Hanum tak hendak memberikan pembelaan, meluruskan, atau membenarkan sepak terjang seorang Amien Rais di kancah politik dan kenegaraan. Melainkan, tak lebih sebagai upaya anak yang ingin berbakti kepada orang tua dengan memberikan hadiah spesial berupa buku yang dinilainya tak ternilai harganya.
Buku ringan ini bercerita tentang kisah-kisah inspiratif di balik panggung politik dan kecintaan kepada Tanah Air dari pria yang dijuluki The King Maker itu. Ada cerita yang berasal dari diskusi di meja makan, di mushala, seusai shalat bersama keluarga, di depan layar televisi, ataupun saat berada dalam mobil bersama dalam sebuah perjalanan, hingga saat Hanum berada di Wina , Austria .
''Alhamdulillah dalam waktu kurang dari tiga bulan, penerbit Erlangga sudah membuat cetakan ketiga buku ini,'' ujar Hanum dalam surat elektroniknya kepada Republika.
Melalui buku ini, Hanum ingin berbagi cerita di balik sosok Amien yang vokal, namun bersahaja. Bukan untuk menunjukkan kualitasnya sebagai pemimpin, tapi untuk bercerita tentang keteladanan dari kesehariannya sebagai pemimpin keluarga yang dapat dikagumi.
Dari situ, Hanum berusaha menjabarkan dan memahami bahwa Amien masih mempunyai keinginan besar untuk memajukan bangsa dari keterbelakangan. Mimpi itu terus menggelinding tanpa akhir. Bagi Amien, adalah sebuah kontradiksi jika Indonesia yang dikaruniai kekayaan alam melimpah malah masyarakatnya banyak yang hidup dalam kesulitan.
Tidak seperti buku sebelumnya tentang Amien Rais yang lebih banyak mengungkap sisi politis, buku kali lebih banyak mengangkat sisi kehidupan mantan ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) itu dalam kesehariannya di keluarga. Di buku ini, terungkap jika sosok negawaran lincah itu ternyata menyimpan obsesi untuk menjadi pianis dan petinju, yang semua itu tak kesampaian direalisasikannya. Nasib membawa Amien ke panggung akadamik, kemudian panggung ormas Islam, lalu ke panggung politik.
Maka itu, kita akan mengetahui sosok Amien sedalam-dalamnya melalui anaknya, Hanum. Meski tak dimungkiri ada unsur subjektif yang masuk dalam penggambaran Amien, namun kita bisa mendapatkan gambaran sifat dan watak asli deklarator Partai Amanat Nasional (PAN) itu yang tak pernah kita sangka-sangka.
Maka itu, kita akan mengetahui sosok Amien sedalam-dalamnya melalui anaknya, Hanum. Meski tak dimungkiri ada unsur subjektif yang masuk dalam penggambaran Amien, namun kita bisa mendapatkan gambaran sifat dan watak asli deklarator Partai Amanat Nasional (PAN) itu yang tak pernah kita sangka-sangka.
"Hanum menolak ditipu oleh kebudayaan di eranya untuk 'melotot' kagum pada tokoh klenik, khurafat public figure, mitos pemimpin pemimpin takhayul, atau bid'ah bid'ah idolatry --sebagaimana yang terjadi pada anak anak muda sebayanya,'' komentar budayawan Emha Ainun Nadjib. ''Hanum punya konsep tentang uswatun hasanah, dan memang bapaknya sendiri yang diwajibkan Allah untuk mempelopori kesungguhan konsep itu," lanjut Emha.
Hilangkan ego
Buku ini secara garis besar dibagi dalam lima bab. Bab pertama mengupas tema keluarga. Bab selanjutnya berbicara tentang perajlanan Amien karena paksaan sejarah. ''Menembus Batas'' dijadikan judul bab ketiga. ''Titik Nol'' dijadikan judul bab keempat. Bab terakhir adalah ''Magnus Opum''.
Kisah serius yang menggugah hingga kisah ringan tapi bernas, tersaji secara detail. Misal, tentang bagaimana Amien Rais menyambut kepulangan setiap anaknya yang baru lahir dengan mengenakan baju formal dan dasi. Hal itu menurut Hanum disebabkan bapaknya ingin menyamakan kedudukan sang buah hatinya dengan tamu negara yang dianggapanya sama penting, sehingga perlu memakai baju resmi. Tentu saja Hanum mendapatkan kisah itu dari ibunya, yang kemudian menjadi kisah yang menggugah dan inspiratif --yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Tak ketinggalan, Hanum menceritakan perjuangan Amien dalam aktivitas politik. Salah satunya tentang kisah catatan pertemuan Amien Rais dengan Soeharto di Bina Graha, Jakarta pada 1995, menjelang Muktamar Muhammadiyah ke-43 di Aceh.
Sebagai Ketua Umum Muhammadiyah pengganti Azhar Basyir yang meninggal, Amien Rais bersama pengurus pusat Muhammadiyah sowan ke penguasa dengan harapan agar mau datang memberikan sambutan resmi Muktamar ke-43 Muhammadiyah.
Padahal, saat itu Amien Rais sedang getol-getolnya mengkritik pemerintahan dengan mengusung isu suksesi kepemimpinan nasional. Jadilah Amien Rais menemui Soeharto agar mendukung pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah, meskipun hati kecilnya enggan.
Maka itu, ia harus menghilangkan ego pribadinya, sebab jika dalam pertemuan itu tak ada hasilnya, maka pihak keamanan tak akan berani mengeluarkan ijin penyelenggaraan Muktamar.
Kisah mendebarkan lainnya adalah saat Amien Rais yang menjadi salah satu tokoh penggerak reformasi 1998, harus mendapat berbagai teror dan kenyataan diancam dihilangkan nyawa jika terus bergerilya mengobarkan semangat rakyat agar mendukung ide suksesi pemerintahan. Informasi itu didapat dari perwira tinggi militer.
Dari penuturan bapaknya, Hanum menjelaskan jika sang eksekutor yang sudah mengambil bayarannya tak jadi menjalankan misi besar tersebut. Hati nurani yang berbicara mampu memadamkan semangat untuk menghabisi Amien Rais.
Dari penuturan bapaknya, Hanum menjelaskan jika sang eksekutor yang sudah mengambil bayarannya tak jadi menjalankan misi besar tersebut. Hati nurani yang berbicara mampu memadamkan semangat untuk menghabisi Amien Rais.
Terkait permasalahan bangsa, penulis yang menghadirkan sosok bapaknya yang sangat peduli dengan nasib kalangan marjinal. Dalam kasus
Padahal setelah keluar dari area pertambangan dan mengunjungi warga asli yang hidup di sekitar
Tak salah, kita bakal mendapat banyak lagi kisah seru seputar Amien Rais setelah menghabiskan 44 judul cerita yang ditulis alumnus Fakultas Kedokteran UGM itu. Di tangan Hanum, buku ini memiliki keunggulan orisinilitas dan memuat fakta yang tak terbantahkan. "Buku ini highly recommended untuk memahami bagaimana komunikasi politik berawal dari komunikasi keluarga batih, nuclear family," kata pengamat politik Effendy Gazali.
Judul : Menapak Jejak Amien Rais
Penulis : Hanum Salsabiela
Penerbit : Esensi (Grup Erlangga)
Tahun : 2010
Tebal : xiv + 284 halaman
Harga : Rp 60.000
0 comments:
Posting Komentar