Senin, 19 Juli 2010

Membedah Kemenangan Demokrat dan SBY

Jumat, 9 Juli 2010 (Harian Bhirawa) 

Sebelum bertarung dengan Andi Mallarengeng dalam perebutan kursi Ketua Umum Partai Demokrat, medio Mei lalu, Anas Urbaningrum, mampu membuat strategi politik revolusi senyap.

Dikatakan begitu, sebab mantan Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) tersebut dengan modal yang dibilang nekad mampu mengungguli lawan politiknya yang berbekal ‘restu’ Pembina Partai Demokrat, yang juga Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.

Ditambah strategi pencitraan dan penempatan keluarga dinasti Cikeas, Edhie Baskoro (Ibas), hampir tak ada yang menyangka jika Anas bisa menjadi pemenang dalam pagelaran Musyawarah Nasional (Munas) partai pemenang Pemilu 2009 tersebut.

Apa kaitan kemenangan Anas memimpin Partai Demokrat dengan buku Revolusi Sunyi hasil karyanya? Kesamaannya adalah adanya benang merah antara kemenangan Partai Demokrat pada Pemilihan Legistalif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) dengan kesuksesan Anas menjadi Ketua Umum Partai Demokrat.

Ya, jika Anas menyebut kemenangannya berkat menerapkan strategi jitu yang bersifat unconventional. Begitu pun yang terjadi pada Partai Demokrat yang sukses meraih 21 persen dalam Pileg dan berhasil mengantarkan pasangan SBY-Boediono menjadi R1 dan R2.

Menurut Anas dalam buku yang diluncurkan dua hari menjelang Munas ke dua Partai Demokrat ini, kemenangan partai berlambang tiga berlian biru tersebut bukan sebuah hal yang mengagetkan. Mengingat sejak jauh-jauh hari memang dipersiapkan dan dilakukan berbagai tahapan, serta kerja keras untuk meraihnya.

Kemenangan Partai Demokrat dikatakan penulis disebabkan ketelatenan para pengurus dan semua elemen partai dalam melakukan survei pasar yang dilakukan secara periodis. Di samping juga figur SBY yang memang mamu menghipnotis masyarakat untuk memilihnya hingga membuat kemenangan satu putaran itu diraih dengan perolehan suara cukup mencolok dibanding partai lainnya.

SBY yang berstatus incumbent selama memimpin mampu dicitrakan sebagai sosok yang mengerti keinginan rakyat. Itu dibuktikan dengan berbagai program pro-rakyat kecil mulai peluncuran Bantuan Langsung Tunai (BLT), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), hingga kebijakan penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) sebanyak tiga kali, yang merupakan sejarah pertama kali di Indonesia.

Yang meski kebijakan itu dinilai kurang tepat oleh lawan politiknya. Namun, dianggap kebijakan yang mampu ‘membahagiakan’ masyarakat berpenghasilan rendah, yang jumlahnya puluhan juta. Dampaknya dari sebagian besar masyarakat yang merasakan langsung program yang diusung SBY menetapkan pilihan untuk mencoblos Partai Demokrat dalam Pileg dan memilih duet SBY-Boediono dalam Pilpres.

Membaca buku ini, kita solah mendapat kesaksian dari Anas tentang bagaimana cara sebuah parpol bekerja ekstra keras menghadapi pesta demokrasi tanpa melakukan publikasi yang ‘gaduh’. Selain itu, strategi pemenangan tepat sasaran dan mampu membaca peta psikologis massa membuat Partai Demokrat memberi pelajaran kepada partai lain supaya mampu menangkap selera publik Indonesia yang menginginkan pemimpin sesuai kultur budaya setempat.

Jika ditelaah lebih jauh, bertebaran ide hingga permainan seni politik yang saling berhubungan kuat dengan kalkulasi penentuan masa depan bangsa menjadi kunci sukses meraih kemenangan politik. Mengingat strategi pemenangan telah bergeser, dimana paradigma lama akan usang dan tak lagi berdaya untuk mereguk suara dari masyarakat.

Gejala itu yang mampu ditangkap tim pemenangan Partai Demokrat pengusung pasangan SBY-JK, sehingga mampu merebut hati pemilih jauh-jauh hari sebelum masa kampanye dimulai. Dari situ, semua yang dilakukan tanpa gembar-gembor dengan metode bergerak maju dan cepat tanpa harus melahirkan respon dari rival mencerminkan bahwa telah terjadi sebuah revolusi sunyi.

Selain catatan Anas, buku ini juga juga mengupas banyak analisis mengenai perilaku pemilih dalam pemilu, memasukkan unsur etika dan moral politik sebagai salah satu alasan pilihan.

Judul : Revolusi Sunyi
Penulis : Anas Urbaningrum
Penerbit : Teraju
Edisi : Mei, 2010
Tebal : xvi + 374 halaman
Harga : Rp 72.250
Peresensi adalah Erik Purnama Putra, peminat dan pengoleksi buku
erikeyikumm@yahoo.co.id

0 comments: