Minggu, 4 Oktober 2009 (Radar Surabaya)
DALAM dunia kemiliteran sangat sulit dijumpai sosok tentara yang memiliki hobi menulis, bahkan di tingkatan perwira tinggi sekalipun. Namun, di antara sedikit tentara yang suka menulis itu, nama Chappy Hakim tak termasuk di dalamnya. Karena sebagai sosok pemimpin pasukan tentara matra udara, lulusan Akabri Udara tahun 1971 tersebut tak hanya menempa kemampuannya di bidang militer semata, juga dunia tulis menulis dirambahnya sebagai modal baginya untuk menjadi pribadi yang luwes dan tak kaku akibat aturan yang membelenggu di dunia militer.
Chappy Hakim pernah dikenal sebagai orang nomor satu di angkatan udara negeri ini dengan pangkat Marsekal (Jenderal bintang empat) pada 2002-2005, sekarang malah lebih dikenal sebagai blogger Kompasiana daripada purnawirawan militer. Predikat The Real Blogger disandangnya, meski sebenarnya sosok penerbang handal tersebut belum lama menggeluti dunia tulis menulis di dunia maya. Namun, dari aktivitas ngeblog-nya di situs Kompasiana, sebuah blog yang dijaga dan dimiliki kompas.com, lahirlah buku kumpulan esai berjudul Cat Rambut Orang Yahudi.
Membaca buku ini, saya sempat terkecoh dengan judulnya yang ternyata di dalamnya hanya ada satu esai yang membahas persoalan bangsa Yahudi yang dikenal cerdas. Dan diketahui juga bahwa judul buku ini adalah gabungan judul dua esai tentang kepintaran kaum Yahudi dan kebiasaan Chappy Hakim mengecat rambutnya yang ubanan akibat tuntutan profesi dunia militer agar terlihat rapi, yang setelah pensiun kebiasaan itu dihentikannya.
Hal itu dilakukannya agar cucunya bisa membedakan mana bapak dan kakenya. Karena jika antara kakek dan bapaknya sama-sama berambut hitam, Chappy takut cucunya menganggapnya sebagai bapak. Maka itu, dapat disebut judul dan isi buku sangat tak relevan sebab jika dikaitkan dengan ulasan penulis yang berkarir di dunia militer, khususnya angkatan udara.
Namun, keunggulan buku ini adalah topik yang disajikan sangat aktual sebab banyak diperbincangkan masyarakat luas–meski ada tulisan yang momennya sudah lewat, seperti ramalan Presiden RI 2009. Meskipun begitu, sebagai hasil karya seorang tentara yang identik berwatak keras, Chappy Hakim berhasil menjadi sosok lembut dalam menyajikan tulisan. Sehingga buku ini menjadi sangat inspiratif sebab berusaha mengajak pembaca untuk membangun karakter bangsa supaya lebih berbudaya melalui berbagai kritik yang ditulisnya, yang semuanya disajikan secara singkat, padat, dan lugas, seperti ciri identik yang melekat pada diri penulis buku Pelangi Dirgantara tersebut.
Buku kumpulan esai Chappy Hakim dibagi dalam empat bab pembahasan. Bagian pertama terdiri 13 esai yang bertemakan Pemimpin. Tulisan yang dikemukakan pemilik 8.000 jam penerbang berbagai pesawat tersebut tak jauh-jauh dari kehidupan yang dijalaninya selama ini, yakni dunia militer.
Misal, pria kelahiran Yogyakarta itu mengulas tentang budaya Asal Bapak Senang (ABS) yang berkembang di lingkungan militer, yang hal itu dirasakannya sendiri yang ternyata berbuah tak mengenakkan baginya, sehingga dia harus mem-briefing anak buahnya agar sportif dan tak cuma bisa menyenangkan atasannya. Tak lupa, bagian ini juga menyorot anggota dewan yang kinerjanya buruk dan suka asal-asalan jika studi banding ke luar negeri yang membuat citranya di titik nadir akibat terlalu sering mengkhianati amanah rakyat.
Bagian kedua, diberi judul Transportasi, yang tentu saja pembahasannya tentang dunia penerbangan Tanah Air yang menjadi ranah kajian maupun daerah kekuasannya semasa menjadi Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), yang dibagi dalam 24 tulisan. Terbukti banyak kritikan yang diberikan Chappy Hakim terhadap dunia penerbangan Indonesia yang masih banyak mengabaikan prosedur ketat penerbangan burung besi hingga pengabaian pihak maskapai penerbangan (airlines) terhadap keamanan penumpang, yang membuat semua pesawat milik maskapai penerbangan lokal dilarang melintasi langit Uni Eropa.
Yang unik, pada bagian ketiga, Chappy Hakim membagikan berbagai pengalaman hidupnya sejak kecil hingga perjalanannya keliling dunia yang dituangkan ke dalam 18 esai yang diberi judul Apakah Anda Tahu. Ketua Timnas Evaluasi Keselamatan dan Evakuasi Transportasi (EKKT) ini mengupas segala pengalaman menarik yang didapatnya yang seolah ingin memberikan pencerahan kepada masyarakat.
Mulai esai tentang bagaimana cara kaum Yahudi menjadi bangsa cerdas dan mampu melahirkan generasi jenius hingga Israel menjadi bangsa disegani di dunia, dan ulasan perang Palestina- Israel, serta negara Selandia Baru yang mengamalkan ideologi Pancasila, bukan seperti Indonesia yang hanya dijadikan simbol belaka, sampai masalah tidak dikenalnya istilah Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) di Amerika Serikat, seperti yang terjadi di negeri ini.
Bagian terakhir, Chappy Hakim memberi judul Ayo Merenung Sejenak sebab dia menyampaikan 26 kritik tajam dan solusi terhadap segala kejadian di sekitarnya. Karena peraih 3 rekor Museum Rekor Indonesia (Muri) dalam dunia tulis menulis ini berupaya mengajak setiap pembaca buku maupun blogger untuk lebih peduli terhadap fenomena menurunnya kualitas hidup masyarakat Indonesia.
Kasus yang diberi perhatian adalah mulai masalah ketidakdisiplinan masyarakat ketika berkendara di jalanan dan tidak tepat waktu (on time) jika membuat janji, budaya malas membaca dan menulis karena masyarakat lebih suka melihat tayangan televisi yang tak edukatif, budaya potong kompas atau instan dalam menggapai prestasi, seperti yang ditunjukkan PSSI dalam kompetisi sepakbola, hingga sikap kurang bersyukur terhadap kesehatan yang merupakan aset termahal yang dimiliki seseorang.
Judul : Cat Rambut Orang Yahudi
Penulis : Chappy Hakim
Penerbit : Kompas Media Nusantara
Tahun : Agustus 2009
Tebal : xxxiv + 296 halaman
Harga : Rp 56.000
Peresensi adalah Erik Purnama Putra,
Aktivis Bestari Universitas Muhammadiyah Malang
0 comments:
Posting Komentar