Jumat, 24 Juli 2009 (Harian Bhirawa)
BAKAT bukan merupakan hasil warisan dari orangtua, melainkan muncul dari setiap individu yang mampu berpikir kreatif untuk memunculkannya dalam diri sebagai penunjang kehidupannya. Maka itu, salah besar jika ada orang yang beranggapan bahwa dirinya tak mempunyai bakat. Yang betul adalah banyak kejadian di mana orang tak mengenali potensi dalam dirinya dan menganggap bahwa dirinya adalah orang biasa yang tak punya kelebihan apapun yang bisa dibanggakan.
Padahal pernyataan itu sangat keterlaluan dan naif bagi manusia yang diberi akal pikiran oleh Sang Pencipta, mengingat Yang di Atas tak mungkin menciptakan makhluknya secara berbeda-beda sebab keadilan dalam penciptaan manusia selalu dijunjung-Nya. Sehingga tak ada pembedaan dalam pemberian kemampuan dalam setiap kelahiran manusia, baik dalam hal fisik maupun intelektual.
Karena itu, dapatlah diklaim dalam setiap diri seseorang tersimpan kekuatan maha dahsyat yang perlu dibangunkan agar seseorang bisa menghasilkan sebuah karya nyata maupun pemikiran brilian dalam kehidupannya. Berpatokan dari itu, sebenarnya orang bisa sukses atau gagal memiliki peluang sama dengan orang lain sebab semuanya terletak pada usahanya sendiri dalam menjalani kompetisi memperebutkan yang terbaik dalam kehidupan ini.
Buku Ada Singa dalam Dirimu berisi motivasi yang mengajak pembaca agar mampu mengidentifikasi potensi dalam diri yang selama ini terkubur dalam dan belum pernah dimunculkan. Mengingat tidak ada orang yang tak berbakat di dunia ini sebab semuanya memiliki kemampuan yang masing-masing orang berbeda. Sehingga jika ingin meraih harapan dan cita-cita tinggi maka satu-satunya jalan adalah dengan merintisnya mulai sekarang dengan mengeluarkan bakat terpendam tersebut.
Hidup adalah pilihan. Kalimat itu terdengar klise, tetapi mengandung makna dalam jika setiap orang mau memahaminya secara teliti. Karena hidup itu hanya sekali, sudah semestinya setiap individu untuk dapat menjadi pribadi yang baik dan menarik. Mungkin selama ini banyak orang selalu berpikiran negatif yang membuat aura positif dalam diri lenyap tak tahu rimbanya. Maka itu, seyogyanya menjalani hidup tak boleh dibiarkan mengalir begitu saja karena sama saja akan menjerumuskan kita. Lebih baik jika setiap orang membuat target atau capaian tertentu yang setidaknya dapat dijadikan motivasi hidup untuk meraih tujuannya. Hal itu supaya hidup tak hambar dan mau setidaknya memiliki keinginan menjadi yang terbaik dan memberikan yang terbaik itu untuk orang lain.
Dijelaskan penulis, di dunia ini, banyak orang lemah dan tak berdaya dalam menghadapi rintangan, sementara banyak pula yang sanggup melewati hambatan tersebut sebab dianggap sebagai tantangan bukan beban. Yang membedakan dua kelompok tersebut adalah yang pertama merasa kalah duluan hingga menyebabkan menyerah sebelum berjuang, yang kedua lebih memilih mendapatkan hasil terbaik dengan mau berkorban pantang menyerah daripada menjadi pecundang.
Jika dikaitkan dengan fenomena sehari-hari, menjadi pribadi yang tak mudah menyerah merupakan sebuah proses menuju jalan kesuksesan sebab hanya orang yang sering gagal dan tetap melanjutkan keinginannya yang dapat mewujudkan harapannya. Dan golongan orang inilah yang berani mengambil peluang terbaik dibandingkan dengan orang yang mudah putus asa. Karena bagi orang yang berpikir positif, tindakan mencoba sebenarnya jauh lebih baik daripada tak mencobanya sama sekali.
Berpatokan itu, tak salah penulis menilai banyak orang bodoh tak menyadari kebodohannya. Padahal penyakit tersebut yang membuat masyarakat Indonesia menjadi tertinggal dibanding negara maju. Penduduk Indonesia yang sebagian besar memeluk Islam, nyatanya hidupnya miskin, tak berpendidikan dan tingkat kesejahteraannya sangat menyedihkan. Kondisi itu jika ditelisik lebih dalam didapatkan sebuah kesimpulan jika semuanya berakar pada masalah orientasi hidup yang memandang kehidupan sebagai beban. Hasilnya, mereka tak berusaha ingin merubah keadaan diri dan hanya pasrah sebelum berjuang, yang fatalnya cara pandang seperti itu menurun hingga ke generasi berikutnya.
Untuk mengatasi itu semua, Asa Mulchias mencoba mengilustrasikan orang yang mau berusaha menghadapi tantangan dan berusaha memaksimalkan bakat yang dianugrahkan Tuhan atau tak mau menggali bakat maupun potensi terpendam yang ada dalam dirinya dengan sebuah cerita antara domba dengan serigala. Diceritakan domba yang terdesak oleh kepungan serigala tinggal menunggu ajal kematiannya. Namun domba tetap bersikeras untuk tak pasrah pada keadaan dan berusaha sekuat tenaga mencari jalan keluar. Dan pada akhirnya dengan berbagai peluang dan kesempatan yang ada, domba mampu menakhlukkan serigala.
Belajar dari peristiwa itu, pembaca bisa memetik hikmah bahwa kekuatan yang tidur dalam diri seseorang sebenarnya hanya dapat dibangkitkan oleh si empunya sendiri. Dan orang lain hanya dapat memberikan motivasi, tak lebih! Karena itu, lebih baik mengenali potensi diri daripada meyakini bahwa dalam diri tak punya hal yang dapat dibangkitkan mengakibatkan pemikiran seperti itu tak perlu dipelihara sebab tak membawa kebaikan apapun.
Buku ini tak sekedar pelajaran tentang kawanan domba dan serigala. Juga, mengajarkan kepada pemuda untuk membangkitkan potensi terpendam dalam dirinya Maksudnya adalah keberanian meyakini bahwa dalam diri setiap orang tersimpan segala kelebihan dan potensi yang selama ini terpendam rapat-rapat, yang kalau dibangkitkan akan jadi kekuatan luar biasa besarnya.
Penulis tak mengharapkan pembaca akan berubah setelah membaca buku ini. Namun, yang diharapkan pembaca dapat sadar dan mulai menelaah kekuatan dirinya sendiri sebagai modal mengarungi kehidupan. Karena menjadi pribadi sukses dan menyenangkan akan jauh lebih baik daripada terus berpikiran negatif.
Judul Buku : Ada Singa dalam Dirimu
Penulis : Asa Mulchias
Cetakan : Pertama, 2009
Tebal Buku : 292 halaman
Penerbit : Pro You (Pro-U Media)
Peresensi : Erik Purnama Putra, Mahasiswa Unmuh Malang
0 comments:
Posting Komentar