Friday, 12 June 2009 (Seputar Indonesia)
PELANGGARAN batas wilayah perairan di Blok Ambalat yang merupakan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia oleh kapal patroli Tentara Laut Diraja Malaysia memicu timbulnya permasalahan baru hubungan antarkedua negara.
Memanasnya hubungan dua negara serumpun tersebut menjadi perhatian serius masyarakat dan pemerintah dari kedua pihak,khususnya Indonesia. Meskipun keadaan di lapangan memanas karena Tentara Laut Diraja Malaysia dan TNI AL saling melakukan manuver penjagaan di tapal batas perairan negara,di tingkat pemerintahan kedua kubu tetap tak mau ikut-ikutan terprovokasi.
Maka itu,karena tak ingin masalah semakin besar dan berlarut, kedua pihak baru-baru ini mengadakan pertemuan untuk membahas penyelesaian masalah Blok Ambalat. Saya sebagai warga negara Indonesia sangat mendukung langkah kedua negara yang tetap dingin menyikapi kasus Ambalat. Pasalnya, perundingan itu dapat dikatakan sebagai wujud kecerdasan pemerintahan masing-masing.Walaupun ada beberapa pihak yang menyerukan agar Indonesia jangan takut berperang, langkah mengedepankan diplomasi lebih efektif dan bermanfaat bagi perjalanan bangsa ini.
Karena, di era modern, kekuatan sebuah negara bukan hanya diukur dari kekuatan militernya, tetapi juga dari kemampuan penguatan diplomatik yang dirasa lebih efektif dalam menyelesaikan sengketa antarnegara. Karena itu,mencari jalan keluar melalui diplomasi terbaik merupakan langkah bagus dan saling menguntungkan kedua pihak. Kita tentu wajib belajar banyak dari negara lain yang sekarang terjebak dalam peperangan di mana kondisi negaranya kacau,sebab konsentrasi pemerintah hanya untuk mempertahankan diri menghadapi musuh.
Jadinya aspek kesejahteraan dan pembangunan manusia tak tersentuh dan terkesampingkan dengan sendirinya. Tak hanya itu, kita juga harus ingat keberadaan TKI yang bekerja di Malaysia yang jumlahnya lebih dari 2 juta orang sehingga kalau berperang tentunya keberadaan TKI yang mencari penghasilan di negeri jiran akan terancam. Maka itu ditinjau dari segi mana pun perang tak ada gunanya, sebab lebih baik anggaran perang dialokasikan untuk program pengentasan masyarakat dari kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan.
Harus pula diperhatikan bahwa Indonesia adalah negara yang cinta damai sehingga jangan sampai tercatat dalam sejarah pernah berperang jika sebenarnya masalah itu bisa diselesaikan secara diplomatik.(*)
Erik Purnama Putra
Mahasiswa Psikologi dan Aktivis Pers Kampus Bestari UMM
0 comments:
Posting Komentar