Selasa, 05 Mei 2009

Sibuk Berpolitik, Abai Pendidikan

Tuesday, 05 May 2009 (Seputar Indonesia)

DI tengah perayaan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei,masyarakat mendapat kabar tentang rencana koalisi beberapa partai yang terus menggelinding dan membuat gejolak politik memanas.

Dampaknya, masyarakat maupun akademisi terkuras habis energinya hanya untuk mengikuti sepak terjang politikus yang ingin berebut kekuasaan. Seluruh pikiran rakyat Indonesia pun tertuju pada persoalan politik yang kian tak menentu akibat alotnya perundingan bagi-bagi jabatan di pemerintahan. Kondisi itu berakibat pada terkesampingkannya sektor pendidikan yang sebenarnya memerlukan perhatian khusus dari pemerintah berkuasa maupun kubu oposisi.

Pasalnya, berbagai manuver petinggi parpol yang kebanyakan juga menjabat di pemerintahan maupun rivalnya yang termasuk tokoh nasional membuat permasalahan pendidikan yang seharusnya mendesak untuk ditangani malah terabaikan karena sibuk menangani masalah politik. Itu terjadi karena pemerintah sibuk menyusun strategi demi menghadapi serangan musuh politiknya.

Sementara pihak oposisi lebih senang mengeksploitasi masalah pendidikan daripada ikut membantu mengurai persoalan yang dihadapi dunia pendidikan Tanah Air. Hasilnya, keruwetan masalah pendidikan tak kunjung mene-mukan solusi, sebab segenap pemimpin yang menentukan kebijakan di negeri ini sibuk mendahulukan kepentingan sendiri-sendiri sehingga akhirnya masalah pendidikan terabaikan.

Tak dapat dimungkiri,salah satu tolok ukur peradaban bangsa adalah kualitas sistem pendidikannya, yaitu apabila akses terhadap pendidikannya dapat dengan mudah dicapai seluruh masyarakat tanpa membedakan status sosialnya. Bukannya seperti selama ini yang cuma dinikmati segelintir kalangan kaum menengah ke atas yang jumlahnya sedikit. Adapun penduduk miskin yang menjadi mayoritas penghuni negeri ini malah kesulitan mendapat pendidikan layak akibat tingginya biaya yang harus dikeluarkan.

Karena itu, hingga kini apa yang dicita-citakan founding fathers Soekarno-Hatta untuk membawa Tanah Air mencapai kejayaan agar disegani negara lain tak kunjung tercapai akibat beragamnya hambatan guna menciptakan kualitas pendidikan terbaik. Jika kita amati, masih terpuruknya dunia pendidikan juga akibat belum ikhlasnya pemerintah memenuhi amanat UUD 1945 tentang anggaran pendidikan sebesar 20% yang baru bisa dipenuhi tahun ini sehingga niat meningkatkan kualitas pendidikan berjalan lamban.

Karena itu,dunia pendidikan yang diharapkan mampu menghasilkan generasi berkualitas unggul yang menjadi calon pemimpin bangsa belum mampu menjawab tuntutan zaman. Padahal kalau kondisi itu terus berlangsung,bangsa ini akan terus tertinggal dan tak mampu bersanding dengan negara maju.Namun hingga sekarang keadaan negara ini masih dalam jurang keterpurukan di mana kemiskinan dan kebodohan masih merajalela yang merupakan dua keping mata uang saling berkaitan.

Untuk itu, sudah sepatutnya pemerintah maupun rival politiknya insaf dan tak lagi ngoyo mengedepankan kepentingannya supaya sektor pendidikan tak terlupakan.(*)

Erik Purnama Putra
Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

0 comments: