Minggu, 6 Juli 2008 (Surabaya Post)
Tanggal 20 Mei 1908 adalah hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia. Karena tepat tanggal itu bangsa Indonesia melihat lahirnya sebuah organisasi modern yang menandai babak baru perjuangan rakyat Indonesia.
Hebatnya lagi, organisasi yang bernama Boedi Oetomo itu dibentuk oleh sekumpulan anak muda yang memiliki rasa nasionalisme tinggi terhadap bangsanya.
Kesembilan pemuda itu adalah Soetomo sebagai ketua, Soelaeman sebagai wakil ketua, Soewarno sebagai sekretaris I, Goenawan Mangoenkoesoemo sebagai sekretaris II, dan Angka Prodjosoedirjo sebagai bendahara, serta Goembrek sebagai komisaris organisasi.
Sementara yang menjadi anggota adalah M. Soewarno, M. Moehammad Saleh, dan Soeradji. Semua tokoh muda yang memiliki cara berpikir progesif itu berasal dari Jawa yang berusia 20 hingga 22 tahun. Mereka semua mempunyai satu tujuan mendirikan Boedi Oetomo, yakni mencoba melakukan sebuah gebrakan memperbaiki kondisi bangsa terutama aspek pendidikan bagi warga pribumi yang hidupnya masih diselimuti kebodohan di masa itu.
Meski sebelumnya tak memiliki bekal pengalaman yang memadai dalam bidang organisasi, namun sembilan murid School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) atau Sekolah Dokter Pribumidi Batavia yang menjadi pendiri sekaligus pengurus Boedi Oetomo itu tetap berusaha membuat organisasinya tumbuh menjadi perhimpunan yang lebih universal.
Sehingga nanti Boedi Oetomo mampu menciptakan persaudaraan nasional tanpa pandang suku, kelamin, atau kepercayaan, dan bisa lebur dalam pluralisme bermasyarakat dalam satu negara, yaitu Indonesia. Dengan kelebihan dan kemampuan yang dimilikinya, kelahiran Boedi Oetomo dijadikan sebagai tongak awal kebangkitan masyarakat pribumi yang merindukan kemerdekaan atau berdirinya negara Hindia-Belanda (Indonesia).
Memang pada awalnya Boedi Oetomo hendak dijadikan sebagai organisasi pelopor bagi terciptanya Algemeen Javaansche Bond (Persatuan Seluruh Jawa). Namun dalam perjalanannya tugas pokok Boedi Oetomo adalah untuk merintis jalan perkembangan yang harmonis bagi terciptanya negeri bangsa Hindia-Belanda.
Saat pertama kali Soetomo dan kawan-kawannya mengumumkan berdirinya Boedi Oetomo, seketika itu pula sejarah Indonesia mencatat lembaran baru mengenai perjuangan rakyat pribumi. Tinta sejarah telah mencatat riwayat membanggakan dengan berdirinya organisasi tersebut.
Pasalnya dengan berdirinya Boedi Oetomo, hal itu menjadi bukti bahwa ada anak muda yang berani mendobrak dan memberikan teladan kepeloporan kepada seluruh pemuda pribumi lainnya dalam wujud nyata. Sebuah aksi yang mampu membukakan mata penjajah Belanda bahwa ada anak pribumi yang mampu memberikan perlawanan dengan mendirikan sebuah organisasi modern sebagai wadah perjuangan mengusir penjajah.
Banyak harapan yang ditujukan kepada Boedi Oetomo sebagai organisasi yang awalnya ditujukan sebagai wadah pemersatu bangsa Jawa tersebut. Meskipun orientasi pendidikan pendiri Boedi Oetomo kebarat-baratan, namun komunikasinya mereka tetap menggunakan bahasa Melayu dalam kesehariannya sebagai bukti kecintaan kepada bangsanya.
Di samping itu, organisasinya yang bersifat netral dalam artian tidak berafiliasi dengan golongan apapun bahkan dengan aliran agama apapun membuat Boedi Oetomo menjadi gantungan banyak masyarakat yang menaruh harapan kepada organisasi tersebut.
Namun dalam perjalanannya selama lima tahun sejak kelahirannya, sikap arah perjuangan Boedi Oetomo mulai banyak ditemukan yang kontradiktif. Hal itu terjadi karena organisasi tersebut menjejakkan kakinya di dua tempat, yaitu satu kaki di pemerintahan, dan lainnya di pergerakan nasional.
Banyak harapan yang ditujukan kepada Boedi Oetomo sebagai organisasi yang awalnya ditujukan sebagai wadah pemersatu bangsa Jawa tersebut. Meskipun orientasi pendidikan pendiri Boedi Oetomo kebarat-baratan, namun komunikasinya mereka tetap menggunakan bahasa Melayu dalam kesehariannya sebagai bukti kecintaan kepada bangsanya.
Di samping itu, organisasinya yang bersifat netral dalam artian tidak berafiliasi dengan golongan apapun bahkan dengan aliran agama apapun membuat Boedi Oetomo menjadi gantungan banyak masyarakat yang menaruh harapan kepada organisasi tersebut.
Namun dalam perjalanannya selama lima tahun sejak kelahirannya, sikap arah perjuangan Boedi Oetomo mulai banyak ditemukan yang kontradiktif. Hal itu terjadi karena organisasi tersebut menjejakkan kakinya di dua tempat, yaitu satu kaki di pemerintahan, dan lainnya di pergerakan nasional.
Ditambah dengan hegemoni kaum tua yang mulai ’memegang kendali’, yang cenderung memiliki pandangan konservatif membuat arah pergerakan Boedi Oetomo menjadi tak jelas karena munculnya kubu muda dan tua yang memiliki perbedaan cara pandang dan berpikir.
Sehingga keberadaan Boedi Oetomo tak lagi dapat berkembang dan perannya sebagai tempat menyalurkan aspirasi menjadi kurang dapat dirasakan banyak masyarakat pribumi. Setelah seabad berlalu, rakyat Indonesia menjadikan hari lahirnya Boedi Oetomo sebagai hari Kebangkitan Nasional guna menghormati semangat yang diusung pendiri Boedi Oetomo itu.
Sehingga keberadaan Boedi Oetomo tak lagi dapat berkembang dan perannya sebagai tempat menyalurkan aspirasi menjadi kurang dapat dirasakan banyak masyarakat pribumi. Setelah seabad berlalu, rakyat Indonesia menjadikan hari lahirnya Boedi Oetomo sebagai hari Kebangkitan Nasional guna menghormati semangat yang diusung pendiri Boedi Oetomo itu.
Karena berdirinya Boedi Oetomo saat itu ternyata banyak memberikan inspirasi bagi kaum pribumi lainnya untuk mendirikan organisasi modern lainnya guna menghadapi penjajah. Baik, dalam bentuk non konfrontasi (perang) guna meraih kemerdekaan.
Sehingga sangat layak pemerintah menjadikan hari berdirinya Boedi Oetomo sebagai moment kebangkitan perjuangan rakyat Indonesia dalam menggapai cita-citanya, yaitu merdekan dan merebut kembali tanah airnya dari penjajah.
Sehingga sangat layak pemerintah menjadikan hari berdirinya Boedi Oetomo sebagai moment kebangkitan perjuangan rakyat Indonesia dalam menggapai cita-citanya, yaitu merdekan dan merebut kembali tanah airnya dari penjajah.
Buku Boedi Oetomo (Awal Bangkitnya Kesadaran Bangsa) membahas dan mengulas sejarah berdirinya Boedi Oetomo, eksistensi dan kiprahnya dalam perjalanan gerakan nasional, serta pengaruhnya dalam menumbuhkan benih semangat kebangkian nasional di Nusantara hingga masa tamat riwayatnya.
Mengutip ucapkan Soewardi Soerjaningrat yang mengatakan bahwa, ”Jika kita melihat kenyatan bahwa saudara-saudara kita yang tidak seorganisasi pun ikut serta di dalam perayaan peringatan dengan bersemangatnya, maka menjadi jelaslah bahwa hari 20 Mei tidak lagi merupakan hari milik partai itu, tetapi (telah menjadi) hari milik bangsa Hindia pada umumnya.” Maka tak perlu disangsikan jika kelahiran Boedi Oetomo diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional.
Judul Buku : Boedi Oetomo (Awal Bangkitnya Kesadaran Bangsa)
Penulis : Gamal Komandoko
Edisi : Mei 2008
Tebal Buku : 139 halaman
Penerbit : Media Pressindo
Peresensi : Erik Purnama Putra, mahasiswa Psikologi dan aktivis Pers Bestari Universitas Muhammadiyah Malang
0 comments:
Posting Komentar