Selasa, 07 April 2009

Bukti Keabadian Cinta Seorang Sultan


Senin, 14 Juli 2008 (Jawa Pos)

"Cinta tak mengenal waktu maupun kasta."

Kalimat itulah sebenarnya isi pokok yang menjadi kesimpulan pembaca novel Mehrunnisa the Twentieth Wife. Cerita berawal dari keluarga Ghias Beg yang dikarunia anak bernama Mehrunnisa. Anak ini mempunyai paras jelita.

Keluarga sederhana asal Persia itu menetap di India. Mehrunnisa yang berarti ”Matahari para Wanita" memiliki mata biru. Dia mengidamkan seorang pangeran yang akan dijadikan sebagai pendamping hidup.

Pilihan Mehrunnisa akhirnya jatuh kepada Pangeran Salim. Dia adalah pewaris takhta resmi kerajaan yang memiliki banyak istri dan selir. Mehrunnisa sebenarnya mengagumi Salim sejak umur delapan tahun. Saat itu, Mehrunnisa berusia 16 tahun.

Ghias Beg berusaha menikahkan putrinya dengan pria yang dipilihnya. Pilihan Ghias jatuh kepada Ali Quli. Dia adalah prajurit yang berjasa terhadap negeri. Mehrunnisa tak dapat membayangkan kehidupannya jika harus menjadi istri prajurit. Pastinya, dia akan selalu sendirian di rumah.

Tetapi, pada akhirnya, pernikahan tetap berlangsung. Mehrunnisa tak punya kuasa menolak keinginan orang tua. Mehrunnisa pun menjalani takdirnya dengan tegar. Walaupun hatinya hancur karena selama ini cintanya hanya untuk Pangeran Salim. Hingga beberapa tahun, pernikahan mereka tak berbuah manis.

Dalam pertempuran antara pasukan pemberontak dengan kerajaan, Ali Quli tewas. Mehrunnisa sedih. Setelah kejadian itu, Mehrunnisa kembali kepada keluarganya untuk menenangkan batin. Tak dinyana, di sebuah pasar, dia bertemu Pangeran Salim yang sekarang naik takhta dan bergelar Sultan Jahangir.

”Kau wanita tercantik yang pernah kulihat," itulah kalimat yang diucapkan Sultan Jahangir ketika bertemu Mehrunnisa. Pangeran Salim saat itu seakan terhipnotis oleh kehadiran Mehrunnisa. Dengan refleks, Salim meraih tangan gadis tersebut dan menggenggamnya erat-erat.

Akhirnya, Sultan Jahangir dan Mehrunnisa menikah. Otomatis kedudukan Mehrunnisa sekarang adalah istri pemimpin kerajaan. Dia memiliki otoritas sama dengan Sultan Jahangir. Kecintaan Sultan Jahangir kepada Mehrunnisa berujung pada dibuatnya monumen yang kelak dinamakan Taj Mahal.

Mehrunnisa adalah istri ke-20 Sultan Jahangir. Namun, setelah mempersunting Mehrunnisa, Jahangir tak pernah menikah lagi hingga akhir hayat. Itu menunjukkan betapa besarnya cinta Jahangir kepada Mehrunnisa.

Judul Buku : Mehrunnisa the Twentieth Wife
Penulis : Indu Sundaresan
Edisi : Maret 2008
Tebal Buku : 553 halaman
Penerbit : Hikmah (PT Mizan Publika)
Erik Purnama Putra, erikeyikumm@***.co.id

0 comments: