Selasa, 07 April 2009

Ketika Ibu Menjadi Malaikat Pencabut Nyawa


Minggu, 30 Maret 2008 (Malang Post) 

Apa yang anda pikirkan bila membicarakan seorang ibu. Pasti sosok panutan yang rela mencurahkan segenap tenaganya untuk mendidik anaknya dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Pasti semua yang terbaik akan diberikan ibu kepada anaknya agar kelak menjadi seorang yang berguna bagi negara dan kehidupannya. Semuanya itu dilakukan ibu dengan penuh rasa ikhlas dan tak mengharapkan ankanya membalas segala apa yang diberikannya.

Namun semua cerita indah itu tak berlaku bagi Andrea Yates. Andrea sebagai sosok seorang ibu bukannya memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya, malahan dengan teganya dia menghabisi nyawa kelima anaknya yang masih kecil. Peristiwa itu tentu saja menjadi kasus yang menghebohkan dan mampu mengguncang seluruh wilayah Amerika, karena disebut-sebut sebagai tragedi sosial terbesar modern, yang mampu mencuri perhatian masyarakat Amerika dan dunia internasional.

Kisah pembunuhan Andrea kepadanya anaknya dimulai dari penyakit depresi yang dideritanya. Dari hasil jejak rekam medis, Andrea memang memiliki masalah dengan kesehatan mentalnya. Dia selama ini divonis ‘kurang sehat’ karena didiagnostik dokter menderita depresi berat dan berulang dengan ciri–ciri psikotik. Sudah dua kali Andrea ingin melakukan percobaan bunuh diri, namun selalu berhasil digagalkan oleh suaminya, Rusty Yates. Andrea yang menderita depresi berat merasa kehidupannya seperti penuh dengan masalah hingga membuatnya selalu didatangi dan dibisiki setan, yang membawa pesan-pesan tertuntu kepadanya.

Setelah sering mendengar ’petunjuk’ dari setan- padahal itu akibat efek halusinasi yang diakibatkan penyakit depresi yang dideritanya—Andrea menjadi kalap dan menuruti bisikan setan untuk melakukan perbuatan itu (membunuh anaknya) demi mengantarkan mereka pergi ke surga kebahagiaan pada 20 Juni 2001. Alasan Andrea melakukan pembunuhan tersebut adalah dia merasa sebagai seorang ibu yang kurang bisa mendidik buah hatinyanya dan takut terjadi sesuatu terhadap anaknya dikemudian hari- ’tentu ditambah ddengan bisikan-bisikan gaib yang dia terima’—akhirnya membuat Andrea Yates kehilangan kontrol dan meluapkan emosinya dengan mengakhiri hidup kelima anaknya.

Kelima anaknya yang masih kecil itu- sulung berumur tujuh tahun dan bungsu 6 bulan—ditenggelamkannya satu persatu ke dalam bathtub, dengan alasan guna mengakhiri penderitaan hidup, yang jika tak dilakukannya anak-anaknya nanti harus menanggung penderitaan itu, yang tentu saja kondisi itu tak diinginkan Andrea terjadi kepada anak-anaknya. Ternyata alasan yang ada di dalam pikirannya itu menjadi sebuah pembenar bagi dia untuk melakukan perbuatan konyol yang tak bisa diterima akal sehat, yaitu meneggelamkan satu persatu anaknya ke dalam bak mandi. Sungguh sadis sekali apa yang dilakukan Andrea kepada kelima anaknya.

Dalam buku yang diambil dari kisah nyata ini, Suzanne O’Malley, selaku penulis menggambarkan secara gamblang detik demi detik rangkaian terjadinya tragedi kemanusian terbesar di Amerika itu, dengan merangkainya menjadi sebuah cerita yang menegangkan sekaligus menghebohkan. Suzanne menceritakan tragedi pembunuhan tersebut didasarkan atas serangkaian proses laporan investigasi yang dilakukannya sebagai seorang reporter.

Buku yang berjudul Luka Cinta Andrea ini adalah hasil serangkaian fakta investigasi dan interviu yang dilakukan Suzanne kepada Andrea via surat ketika Andrea sudah mendekam di penjara. Dari hasil pengolahan data yang didapatkan Suzanne yang meliputi 20 area yang dijadikannya sebagai narasumber penulisan untuk kemudian dilakukan croos check ulang agar antara satu narasumber dengan yang lainnya ditemukan sebuah kebenaran yang asli, Suzanne mencoba membukakan mata semua orang bahwa kasus yang terjadi pada Andrea ini begitu absurd dan tak terjangkau oleh batas definisi keilmuwan seseorang. Karena semakin dijelaskan, justru makin menimbulkan pertanyaan baru yang akan mengantar kita ke dalam jebakan realitas yang diperlihatkan Andrea.

Semua data rekaman penulis berupa catatan pengadilan, pernyataan di bawah sumpah semua orang yang berkaitan di persidangan, buku, koran, majalah, cerita televisi; opini publik; videotape dan audiotape; dokumen-dokumen publik dibuat Suzanne menjadi sebuah cerita yang mampu menggugah dan bahkan menembus batas ambang horizon manusia, karena logika berpikir kita pasti seakan tak mampu mengurai ujung permasalahan yang terjadi atas kasus tersebut. Karena kasus pembunuhan Andrea kepada kesemua anaknya itu termasuk sebuah kasus psikologi ekstrem, yang sulit sekali diterima dengan akal sehat.

Kasus Andrea Yates itu tak bisa ditinjau dari segi keilmuan yang ada dan berkembang. Karena jika kasus diselidiki dari tinjauan ilmu tertentu, akan muncul sebuah realitas yang ditunjukkan Andrea, yang di mana nalar logika berpikir manusia pasti tak akan mampu menerima begitu saja alur terjadinya peristiwa itu, karena sangat komplek dan semua orang pasti tak akan dapat menerima begitu saja penjelasan dari Andrea. ”Semakin kita merenungi untuk menjelaskan kasus Andrea Yates maka akan membuat kita tertumbuk pada sebuah kesadaran betapa dangkal dan sangat terbatasnya nalar manusia,” ujar Guru Besar Sartono Mukadis, dalam pengantar buku ini.

Dalam peristiwa pembunuhan itu, seolah-olah Andrea berperan seperti jagal psikopat dalam mengeksekusi satu demi satu anakn-anaknya. Satu persatu anaknya ditenggelamkan ke dalam bathtub yang dipenuhi air dengan menenggelamkan kepalanya lebih dulu hingga anaknya tak bisa bernafas. Dari penuturan Andrea dalam buku ini, sang anak ternyata melakukan perlawanan (memberontak) terhadap ulah ibunya itu, namun segala upaya anak tersebut harus kandas di tangan ibunya, karena kalah kekuatan.

Dari hasil pemeriksaan polisi sendiri yang datang ke lokasi kejadian, dijelaskan bahwa kondisi kelima anak tersebut sungguh memprihatinkan. Kelima anak tak berdosa tersebut dari hidungnya keluar busa yang menandakan paru-parunya pecah akibat tak bisa bernafas, karena secara paksa ditenggelamkan dalam air oleh ibunya. Akibat perbuatan pembunuhan terhadap darah dagingnya sendiri itu, Andrea dibawa ke meja hijau untuk diadili, namun sebelumnya polisi memastikan terlebih dahulu kondisi kejiwaannya. Setelah dirasa cukup ’normal’ dan mampu menghadapi persidangan, akhirnya Andrea didakwa bersalah dalam pengadilan karena telah melakukan pembunuhan tingkat tinggi, yang membuatnya dihukum penjara seumur hidup dalam persidangan.

Judul Buku : Luka Cinta Andrea
Penulis : Suzanne O’Malley
Penerbit : Penerbit Qanita
Edisi : Januari 2008
Tebal Buku : 432 hlm
Peresensi : Erik Purnama Putra, Jurnalis Koran Bestari UMM

2 comments:

Olive Tree mengatakan...

Hi, it's a very great blog!
I could tell how much efforts you've taken on it.
Keep doing!

Unknown mengatakan...

hello ...
have a nice blog!!