Selasa, 07 April 2009

Pembangunan Image dengan Strategi Hubungan Media


Jumat, 12 September 2008 (Harian Bhirawa)

Tidak ada yang meragukan jika kekuatan sebuah media massa (cetak dan elektronik) mampu membentuk sebuah citra positif bagi sebuah institusi (lembaga) maupun perusahaan. Fakta membuktikan bahwa hampir semua perusahaan besar di dunia seperti, Microsoft, Yahoo, dan BMW-Mercedes Benz, bisa besar dan dikenal luas berkat dibangun berlandaskan kemampuan public relations (PR) atau biasa disebut Humas yang dimiliki perusahaan tersebut.

Jika dulu orang beranggapan bahwa untuk mengenalkan dan membentuk brand image sebuah institusi maupun perusahaan adalah melalui pemasangan iklan secara masif di media massa, sekarang kondisinya lain karena sudah diambil alih oleh peran Humas. Masyarakat yang semakin maju dengan tingkat pendidikan tinggi menjadi penyebab atas kejatuhan manfaat pemasangan iklan bagi pembentukan citra institusi.

Al Ries & Laura Ries dalam The Fall of Advertising and the Rise of PR, mengemukakan, zaman periklanan sudah sampai di titik nadir, dan digantikan perannya oleh PR. Hal itu dikarenakan kebanyakan iklan yang ada sekarang ini cenderung tidak bisa dipertanggungjawabkan, dan bahkan isinya ada yang sampai membodohi masyarakat sebagai target konsumennya.

Misalnya, sebuah perusahaan meluncurkan iklan krim pemutih yang isinya diinfokan bahwa pemakai krim tersebut kulitnya bakalan dijamin lebih putih dalam waktu singkat. Tentu saja iklan itu sangat menarik dan produknya bakalan diminati banyak wanita Indonesia sebagai konsumen yang ingin kulitnya menjadi putih.

Namun jika kita telisik dengan logika, iklan tersebut patut dipertanyakan kredibilitasnya. Pasalnya bagi yang mampu berpikir secara jernih, iklan tersebut sulit dipertanggungjawabkan, karena bagaimana mungkin krim itu sanggup memutihkan kulit wanita yang rata-rata berwarna sawo matang.

Hal itulah yang menjadikan manfaat pemasangan iklan dengan gencar untuk membangun sebuah merek mulai ditinggalkan berbagai perusahaan besar di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Realita tersebut seolah membuktikan hipotesis Al Ries & Laura Ries yang mengatakan bahwa era iklan sudah berlalu dan digantikan dengan kemunculan PR.

Public Relations (Humas) adalah profesi unik yang berbeda dengan profesi kebanyakan. Dengan kemampuan yang dimilikinya, Humas ditugaskan untuk menjual jasa pada pembentukan citra institusi di mana dia bekerja. Sehingga citra perusahaan benar-benar berada dalam genggaman Humas.

Banyak institusi pemerintah maupun swasta dan perusahaan besar akhirnya mulai menyadari betapa pentingnya keberadaan sebuah Humas dalam membangun sebuah brand image lembaga pada masyarakat. Memang diakui kekuatan kinerja Humas memasuki benak masyarakat secara perlahan dan lebih lambat dibandingkan kinerja iklan, namun dampak yang ditimbulkan dapat menghunjam masuk ke dalam pikiran masyarakat dengan menanamkan sebuah perspektif baru. Karena mereka membangun merek institusi dengan metode memanfaatkan kejelian dalam merencanakan kampanye guna menangkap pasar.

Ada satu hal mutlak yang harus dijalankan Humas guna semakin menancapkan mereknya di masyarakat, yaitu menjalin hubungan secara baik dengan media massa dan mampu memanfaatkan jalinan kerjasama yang terbentuk. Pasalnya Humas masa kini yang berkualitas adalah yang mampu membuat strategi modern guna menyongsong kompetisi. Dan satu-satunya strategi agar Humas bisa memperlihatkan kekuatannya, yakni dengan memanfaatkan jalinan kerjasama dengan media.

Karena di tengah masyarakat yang semakin mudah untuk mendapatkan berbagai informasi, kecerdikan Humas dalam memanfaatkan keberadaan media mutlak diperlukan agar bisa memenangi petarungan dengan kompetitor. Maksudnya jika sebuah Humas mampu memenangkan pertempuran media, maka institusi yang menaungi Humas yang bersangkutan sama saja sudah memenangkan pasar.

Sampai-sampai Napoleon Bonaparte pernah berujar, “Jika media dibiarkan begitu saja, saya tidak akan bisa berkuasa lebih dari tiga bulan.” Jelas sudah betapa besarnya peran media massa dalam menopang citra institusi dalam memenangkan persaingan dengan rival.

Tetapi ada satu hal yang tidak boleh dilanggar oleh Humas yang bisa menghancurkan brand image perusahaan dalam waktu sekejap, yaitu melakukan pembohongan. Karena jika terindikasi sekali saja ketahuan bohong, publik tidak akan mempercayai lagi perusahaan yang bersangkutan. Karena itu, Humas yang cerdas harus mempunyai perencanaan yang matang dan jitu dalam membangun image positif perusahaan yang ingin menjual produk maupun jasa ke masyarakat sebagai konsumen.

Bill Gates pun menyadari pentingnya publisitas perusahaan di media demi membangun merek, dan strategi itu diterapkannya di Microsoft yang dipimpinnya. Dia jarang sekali memasang iklan di media, tetapi di sisi lain masyarakat sering sekali membaca berita tentang Microsoft. Hal itu terjadi karena Bill Gates dengan Humas yang dimiliki perusahaannya menempatkan media massa sebagai partner yang harus digandeng untuk membesarkan perusahaan. Dampaknya, masyarakat sangat familiar dengan produk dan nama Microsoft berkat strategi luar biasa menjaga jalinan hubungan baik dengan media massa.

Buku Hubungan Media (Konsep dan Aplikasi) banyak membahas secara teori dan praktik disertai contoh bagaimana baiknya sebuah perusahaan itu menjalin hubungan dengan media massa. Tidak hanya sekedar berhubungan, buku ini juga mengingatkan mengenai pola hubungan yang selama ini sudah terjalin antara perusahaan dengan media massa apakah sudah benar dan mampu mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Karena sebenarnya kekuatan perusahaan digantungkan kepada kemampuan PR.

Jika pembaca adalah mahasiswa peminat kajian kehumasan, maupun orang yang kebetulan bergelut sebagai praktisi PR buku ini menjadi pegangan wajib yang harus dimiliki. Dari buku ini pembaca bisa memperoleh jawaban atas berbagai pertanyaan seputar jalinan hubungan dengan media.

Judul Buku : Hubungan Media (Konsep dan Aplikasi)
Penulis : Nurudin
Penerbit : PT Rajagrafindo Persada
Terbit : Juli 2008
Tebal Buku : xiii, 174 halaman
Peresensi : Erik Purnama Putra, Aktivis Pers Bestari Universitas Muhammadiyah Malang

0 comments: